5 Fakta Sejarah Teuku Markam, Sang Penyumbang Emas Monas

Hutomo Dwi

Berbicara tentang emas yang ada di puncak Monas, tentu tak bisa dilepaskan dari nama Teuku Markam. Nama Teuku Markam mungkin tidak pernah seterkenal Teuku Umar atau Cut Nyak Dien. Tapi, sosok pembesar Aceh itu juga layak dikatakan sebagai pahlawan meskipun tak pernah menghunuskan rencongnya ke muka serdadu Belanda. Berkat Teuku Markam, ekonomi Indonesia yang saat itu parah bisa diperbaiki lebih baik. Berikut adalah 5 fakta sejarah Teuku Markam, seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.

Pernah jadi orang terkaya di Indonesia

Teuku Markam (Viva)

Pada masa awal kemerdekaan, masih banyak orang yang kepikiran untuk menjalankan bisnis atau usaha. Namun berbeda dengan Teuku Markam, saat itu dia bergelut dengan banyak bisnis hingga akhirnya menjadi saudagar yang sukses. Berbagai bisnis ditelateni Markam mulai dari ekspor impor, besi beton, sampai plat-plat baja. Dengan segala macam bisnis ini tak heran akhirnya ia menjadi sangat kaya. Jumlah kekayaannya sendiri kala itu benar-benar luar biasa. Sampai-sampai julukan orang terkaya se-Indonesia pernah disandangnya.

Penyumbang emas untuk Monas

Monas (YouTube)

Banyak yang mempertanyakan siapa yang memberikan emas di puncak Monas. Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut hanya butuh satu nama saja, Teuku Markam. Memang tak pernah ada dokumentasi atau apa pun, tapi banyak yang meyakini jika Markam-lah yang menyumbang 38 kg emas yang berada di Monas itu. Sebenarnya tak hanya itu saja jasa sang tokoh Aceh ini. Ia juga sering disangkut-pautkan sebagai salah satu sosok yang ikut andil membebaskan lahan Senayan untuk menjadi pusat olah raga.

Dituduh PKI

Teuku Markam (Boombastis)

Tak hanya Monas dan Senayan, ada begitu banyak jasa Markam bagi Indonesia. Dia pernah dikenal sebagai investor utama KTT Asia Afrika, yang dari forum ini kemudian merdekalah negara-negara terjajah di dua benua itu. Sangat besar jasanya, tapi pada akhirnya ia tak dianggap apa pun oleh negara. Pada pemerintahan Sukarno ia begitu dihormati, tapi tidak saat Suharto yang memimpin. Tanpa alasan yang jelas, Markam langsung diciduk dan dipenjara. Ia dituduh terlibat aktif dalam pemberontakan PKI serta dianggap Sukarnois garis keras. Markam dipenjara tahun 1966 tanpa proses peradilan yang jelas.

Harta dirampas

Suharto (Indeksberita)

Penderitaan Markam bukan hanya ketika ia difitnah kemudian dipenjara. Ada satu lagi kezaliman yang menimpa padanya dan dilakukan oleh pemerintah Soeharto. Ya, hal tersebut tak lain adalah diakusisinya semua properti dan harta Markam menjadi milik negara. Kantor, tanah-tanah, bisnis, dan apapun yang jadi milik Markam, diambil oleh pemerintah. Yang lebih miris, tak sedikitpun hartanya yang disisakan untuk keluarga dan anak-anaknya. Alhasil, hidup sanak keluarga saudara kaya ini terlunta-lunta padahal sebelumnya sangat berkecukupan. Setelah Markam keluar penjara pada tahun 1974, ia dan keluarganya juga masih kesusahan untuk mengklaim hartanya lagi.

Nama Markam masih belum bersih

Foto lain Teuku Markam (Sindonews)

Bebas dari penjara bukan menjadi hal yang benar-benar bagus bagi Markam. Ia masih sering mendapatkan pandangan menghina orang-orang karena dianggap sebagai antek PKI. Yang disesalkan Markam dan keluarganya adalah namanya yang tak kunjung dibersihkan. Bahkan ketika kekuasaan Orde Baru selesai, ia juga tak mendapatkan pembersihan nama. Alhasil, sampai tua Markam tetap dianggap pengkhianat. Padahal apa yang dilakukannya bagi bangsa ini benar-benar besar. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.