5 Perang Ini Dipicu oleh Hal Sepele

Hutomo Dwi

Berbagai alasan bisa menjadi penyebab perang, mulai dari masalah kedaulatan negara, ideologi, sumber daya, ekonomi, dan lain-lain. Meski demikian, banyak peperangan juga terjadi hanya karena masalah yang sepele bahkan bisa dibilang konyol. Dilansir jadiBerita dari berbagai sumber, berikut adalah 5 perang yang dipicu hal sepele.

Perang Sepakbola (1969)

Perang Sepakbola (Mywebs)

Pada tahun 1969, dua negara Amerika Latin, Honduras dan El Salvador bertemu dalam lanjutan kualifikasi piala dunia 1970. Pertandingan pertama di Tegucigalpa, dimenangkan oleh tuan rumah Honduras 1-0, sementara di pertandingan kedua yang berlangsung di San Salvador dimenangkan oleh El Salvador. Kedua pertandingan itu diwarnai kerusuhan dan teror pendukung tuan rumah masing-masing. Tensi antara kedua negara memuncak sebelum pertandingan dilaksanakan di Meksiko pada tanggal 27 Juni 1969, hari dimana Honduras memutuskan hubungan diplomatik. Tanggal 14 Juli 1969 El Salvador menyerang Honduras. Perang Sepakbola ini hanya berlangsung 100 jam dan berhenti setelah organisasi negara-negara Amerika Latin berhasil mengupayakan gencatan senjata.

Perang Tiang Bendera (1845-1846)

Hone Heke (Nzhistory)

Sejak tahun 1840, tentara Inggris sudah mendarat di Selandia Baru. Di sana mereka mendirikan barak sekaligus tempat bermabuk-mabukan. Di tempat tersebut, para tentara Inggris menancapkan tiang bendera Union Jack. Kepala suku pribumi setempat bernama Hone Heke tidak menyukai hal itu, maka dia menyuruh anak buahnya untuk merobohkan tiang bendera itu. Begitu tentara Inggris menancapkan lagi tiang bendera, seketika itu juga Hone Heke merobohkannya. Hal ini berlangsung hingga beberapa kali. Akhirnya berita itu sampai ke kerajaan Inggris yang kemudian mengutus seorang utusan kepada Hone Heke agar menghentikan perbuatannya. Namun sang kepala suku tidak bergeming. Pada tanggal 11 Maret 1845, Heke dan pasukannya menyerbu tentara Inggris. Perang berlangsung selama 10 bulan, dan meskipun tentara Inggris berhasil memukul mundur pasukan Hone Heke, pasukan Inggris tidak lagi berani menancapkan bendera di sana.

Perang Karena Mabuk (1788)

Tentara Ottoman (360doc)

Tahun 1788, Austria sedang bersiap-siap menghadapi serbuan tentara Turki di wilayah yang sekarang menjadi negara Rumania. Tentara Austria yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa, terbagi menjadi dua kesatuan, infantri dan kavaleri. Pasukan kavaleri berada di depan sekaligus bertindak sebagai pasukan pengintai. Suatu malam, pasukan kavaleri bertemu dengan rombongan gypsy yang menjual minuman keras. Untuk meredakan pikiran yang tegang pasukan kavaleri memutuskan untuk bermabuk-mabukan. Saat malam semakin larut, beberapa anggota pasukan infantri ikut bergabung. Namun pikiran yang tidak lagi jernih dan perbedaan bahasa memicu kesalahpahaman hingga terjadi baku tembak. Karena bingung, tentara infantri yang berada di belakang mengira tentara Turki sudah menyerang dan mulai berteriak-teriak. Anehnya hal ini dipercayai oleh pasukan kavaleri hingga terjadi tembak menembak antar tentara Austria. Tentara Turki yang baru datang dua hari kemudian menemukan hampir 10 ribu mayat bergelimpangan.

Perang Kursi Emas (1900)

Kursi Emas (Studyblue)

Kerajaan Ashanti dari Afrika mempunyai sebuah kursi emas yang digunakan sebagai singgasana raja. Oleh penduduk setempat, kursi itu dipercaya sebagai tempat bersemayam para dewa. Tahun 1896, raja Ashanti menjalani pengasingan. Pada bulan Maret 1900, tentara Inggris yang dipimpin oleh Sir Frederick Hodgson menguasai istana Ashanti. Meskipun sebelumnya sudah mendapat peringatan agar tidak duduk di kursi singgasana, Hodgson tidak menanggapi. Melihat kejadian ini, para penduduk lokal yang sebelumnya tidak bereaksi apa-apa, segera pulang ke rumah masing-masing untuk mengambil senjata. Dipimpin oleh ibu suri kerajaan, penduduk lokal menyerbu tentara Inggris, dan dimulailah Perang Kursi Emas. Selama 3,5 bulan kemudian pasukan Inggris bertahan dalam sebuah benteng hingga akhirnya berhasil memenangkan peperangan setelah datang bala bantuan.

Perang Roti (1838)

Ekspedisi Meksiko tahun 1838 (Outpost Art)

Pada tahun 1828, terjadi kerusuhan di Mexico City menyusul sebuah kudeta militer. Salah satu korban kerusuhan itu adalah sebuah toko roti milik seorang warga Prancis bernama Remontel yang habis dijarah massa. Setelah pemerintah Meksiko mengabaikan keluhannya, Remontel mengirim petisi ke pemerintah Prancis. Petisinya baru dikabulkan 10 tahun kemudian. Pada tahun 1838, setelah pemerintah Meksiko menolak tuntutan raja Prancis untuk mengganti rugi toko roti Remontel, tentara Prancis menyerang Meksiko. Perang baru selesai pada tahun 1839 ketika Inggris berhasil menengahi pertikaian. Toko roti Remontel pun mendapat ganti rugi sejumlah 600 ribu peso. Peristiwa itu hingga kini disebut sebagai Perang Roti (Pastry War). (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.