Semua mengenal sosok Albert Einstein sebagai seorang ilmuwan jenius dan selalu berkutat pada sains. Namun ada satu sisi lain dari Einstein yang belum diketahui banyak orang. Selain menjadi ilmuwan, Einstein kerap melakukan ‘pekerjaan sampingan’ sebagai seorang musisi.
Hal ini diceritakan oleh Elsa Einstein, istri kedua Albert Einstein, yang tak lain merupakan sepupunya sendiri. Elsa Einstein menceritakan kepada seorang pengunjung, hal yang membuatnya jatuh cinta pada sepupu tampannya itu adalah bukan karena kejeniusannya, melainkan karena ia dapat memainkan Mozart dengan indah di violin.
â??Musik menolongnya saat Ia sedang memikirkan teori-teorinya,â? ujar Elsa seperti dikutip dari National Geographic, Rabu (5/4/2017). â??Saat ia meneliti, terkadang Ia menyempatkan untuk memainkan beberapa kord dengan piano, mencatat sesuatu, kemudian kembali meneliti,” lanjutnya.
Fisikawan besar tersebut pernah berkata, jika ia tidak menjadi ilmuwan, maka ia pastinya akan menjadi seorang musisi. â??Hidup tanpa bermain musik tak dapat terbayangkan oleh saya,â? ujarnya. â??Saya menghidupkan angan-angan saya dalam musik. Saya melihat hidup saya dengan musik. Saya mendapat kebahagiaan sebagian besar karena musik.â??
Kecintaannya terhadap musik itu memakan waktu. Einstein berumur 6 tahun saat ibunya Pauline, seorang pianis handal, membawanya ke kursus violin. Namun mempelajari alat tersebut merupakan tugas yang berat, hingga akhirnya ia menemukan sonata-sonata Mozart yang dimainkan dengan Violin, saat berumur 13 tahun. sejak saat itu, musik kemudian menjadi gairah hidupnya.
Pada era sebelum kelahiran MP3 Player bahkan iTunes seperti saat ini, Einstein berusaha keras membawa musik bersamanya dalam bentuk fisik. Ia jarang pergi kemana pun tanpa wadah biolanya. Wadah itu tak selalu berisi biola yang sama. Einstein memiliki beberapa biola sepanjang hidupnya, tetapi ia dilaporkan memberi masing-masing biola itu nama panggilan kesayangan yang sama: â??Linaâ?, kependekan dari violin. Dalam perjalanannya, ia sering membawa Lina untuk bermain musik kamar pada sore hari di rumah seseorang, dan ia juga menjalin banyak persahabatan karena musik.
Pada tahun 1930-an, ia dan Elsa memilih menetap di Princeton, New Jersey, ketimbang pulang kembali ke cengkeraman Nazi di Jerman. Ia mengadakan sesi musik kamar di rumah mereka sendiri tiap Rabu malam. Sesi ini sangat suci: Einstein akan selalu mengatur ulang jadwal kegiatannya untuk memastikan dia menghadiri sesi tersebut.
Pada malam Halloween, ia sering pergi ke luar dan mengejutkan para pelaku â??trick or treatâ? dengan alunan biola dadakan. Pada saat Natal, ia akan bermain bersama kelompok penyanyi.
Karena tidak ada rekaman otentik permainan musik Einstein, perdebatan tentang seberapa bagus permainan musiknya terus berlanjut. Salah satu foto menunjukkan kekeliruan Einstein dalam memegang biola yang membuat guru biola mana pun bergidik ngeri.
Einstein juga memiliki reputasi buruk karena permainannya yang tidak sinkron. Menurut sebuah kisah, saat Ia bermain buruk dalam sebuah kuartet bersama dengan Fritz Kreisler, sang maestro violin itu bertanya padanya. â??Ada masalah apa, professor? Anda tidak bisa berhitung?â?
Namun, bukti menunjukkan bahwa Elsa tidak menjadi sentimental karena kualitas permainan Albert. Pada usia 16 tahun, sepupu Elsa tersebut menjalani tes musik di sekolahnya, dan inspektur musik menulis bahwa â??seorang siswa bernama Einstein begitu bersinar dalam penampilan penuh penghayatan sebuah adagio dari salah satu sonata Beethoven.â?
Kemudian, seorang teman menulis, â??Ada banyak musisi dengan teknik yang lebih baik, tetapi tak satu pun, saya yakin, yang pernah memainkan dengan ketulusan atau penghayatan yang lebih dalam (dari Einstein).â?
Einstein terus bermain hingga mendekati akhir hayatnya. Hanya ketika tangan kirinya yang menua tak lagi bisa menekan senar-senar, ia meletakkan Lina secara baik-baik. Tetapi, ia tak pernah kehilangan gairahnya terhadap musik. (tom)