Temuan-temuan ilmiah tentang dinosaurus dari famili Tyrannosauridae semakin membuka mata kita akan predator raksasa, yang populasinya membentang di sepanjang Asia hingga ke Amerika Utara. Mereka kini diketahui ada yang memiliki bulu, berlari seperti burung, dan punya sisi lembut berdasarkan ditemukannya spesies baru.
Meskipun memiliki perawakan dan perilaku yang dianggap ganas dan mematikan, namun nyatanya ada spesies baru dari genus Tyrannosaurus yang memiliki “sisi sensitif”. Hidup sekitar 75,2 juta-74,4 juta tahun yang lalu di Amerika Serikat, spesies yang baru ditemukan ini memberikan gambaran nyata untuk pertama kali mengenai wajahnya.
Menurut sebuah studi yang diunggah ke Scientific Reports dalam jurnal Nature, hidung atau bagian moncong dinosaurus karnivora tersebut diduga memiliki permukaan yang sangat sensitif, sepeka jari manusia. Para peneliti meyakini bahwa Tyrannosaurus jantan dan betinanya gemar saling menggosokkan wajah mereka.
“Saat bercumbu, Tyrannosaurus kemungkinan senang menggosok wajah sensitif mereka satu sama lain sebagai bagian pendekatan penting sebelum kawin,” tulis para peneliti.
Umumnya Tyrannosaurus menggunakan hidungnya untuk menyelidiki lingkungan sekitar, membangun sarang, dan dengan hati-hati mengambil telur serta bayinya.
Spesies baru yang ditemukan ini bernama Daspletosaurus horneri. Pada umumnya ia memiliki ukuran 3/4 dari spesies terpopuler, T-rex, dengan panjang sekitar 9 meter, dan tinggi 2,2 meter. Mangsanya adalah dinosaurus bertanduk (ceratopsians), dinosaurus jambul duckbill (hadrosaurus), dinosaurus kepala kubah (pachycephalosauria), dan dinosaurus karnivora kecil (theropoda).
Berkat fosil yang dipelajari, ahli paleontologi telah berhasil membuat rekonstruksi wajah terbaik yang pernah dilakukan.
D. horneri dikatakan menempati area yang sekarang bernama Montana bagian utara dan Alberta bagian selatan selama akhir periode kapur. Berdasarkan tekstur tulang, para peneliti mengatakan wajahnya ditutupi oleh sisik datar yang sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti pada buaya modern.
Dilansir dari National Geographic, Kamis (13/4/2017), Tobin Hieronymus, seorang ahli anatomi dan neurobiologi di Northeast Ohio University Medical, mengatakan bahwa mamalia, termasuk manusia, juga memiliki jaringan lunak seperti itu di wajah. Itulah yang membuat manusia dapat merasakan sensasi keintiman emosional yang sangat penting dalam komunikasi.
“Burung dan kadal memiliki (sensor) yang terdapat di bagian atas tulang, dengan kulit yang sangat tipis, (sehingga) mereka memiliki wajah yang sensitif,” kata Hieronymus.
Kegunaan lain wajah sensitif D. horneri kemungkinan untuk membantu mereka dalam penanganan mangsa. Sebagai contoh, saat buaya mengambang di air, ia dapat menentukan dan menyerang hewan terdekat untuk dimangsa, bahkan dalam keadaan gelap gulita.
Hal tersebut dimungkinkan berkat keberadaan ribuan benjolan kecil nan sensitif yang disebut integumentary sensory organs (ISOs). Benjolan itu ada di sekitar rahang hewan keturunan jauh dari Tyrannosaurus tersebut.
Selain menambahkan spesies baru ke pohon keluarga, penelitian tersebut juga sekaligus memberikan informasi baru tentang modus evolusi dan bentuk kehidupan Tyrannosaurus.
Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Departemen Biologi Carthage College di Wisconsin mengidentifikasi fosil D. horneri sebagai suatu bentuk evolusi yang unik bernama Anagenesis, sebuah tahap di mana satu spesies secara bertahap berevolusi ke bentuk yang baru.
Sebelumnya, D. horneri dijelaskan sebagai spesies peralihan tanpa nama antara Daspletosaurus torosus dan Tyrannosaurus rex. Tetapi para ilmuwan tidak mampu sepenuhnya menggambarkan D. horneri sebagai spesies tersendiri.
“Artikel kami merupakan debut dari spesies (D. horneri), ia sebelumnya belum memiliki nama, didiagnosis, atau dijelaskan,” ujar ahli anatomi Jayc Sedlmayr dari Louisiana State University Health Sciences Center New Orleans. (tom)