Teknologi dirgantara terus berkembang. Pesawat umumnya menggunakan bahan bakar avtur. Namun, kini hadir teknologi baru pesawat dengan bahan bakar tenaga matahari. Nama pesawat itu adalah Solar Impulse 2.
Pesawat tersebut pertama diperkenalkan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pekan lalu. Nantinya, pesawat itu akan keliling dunia tahun ini dan akan berawak dua orang bernama Bertrand Piccard dan Andre Borschberg. Solar Impulse 2 dikabarkan akan mulai terbang pada akhir bulan Februari atau awal bulan Maret. Dilihat dari namanya, Solar Impulse 2 merupakan pengembangan lebih lanjut dari Solar Impulse pertama, yang pernah diuji cobakan tahun 2010 lalu dan berhasil menjadi pesawat tenaga surya pertama yang terbang pada malam hari dan berhasil melintasi benua.
Tenaga surya dipilih untuk menjadi sumber energi pesawat karena bahan bakar yang berasal dari fosil kini sudah semakin menipis persediannya. Bukan tidak mungkin kalau di masa depan bahan bakar avtur akan habis.
Lalu bagaimana cara kerja pesawat tenaga surya itu bisa terbang tanpa menggunakan bahan bakar layaknya pesawat biasa? Dilansir dari Reyarifin, Senin (26/1/2015), layaknya alat yang menggunakan tenaga surya lainnya, pesawat ini juga menggunakan alat elektronika bernama Solar Cells.
Solar Cells adalah alat elektronika yang mengeluarkan tenaga listrik dari adanya sumber cahaya (sinar matahari). Prinsipnya di dalam Solar Cells terdapat sel-sel silikon yang ketika terkena sinar matahari, membuat photon bergerak menuju electron dan menghasilkan arus dan tegangan listrik.
Untuk bisa terbang, tenaga pendorong pesawat bersumber dari baling-baling yang digerakkan empat mesin listrik. Mesin listrik itu menerima pasokan energi dari 17.228 sel surya setebal 135 mikron yang disusun berlapis dan diletakkan di sayap, badan, dan ekor horizontal pesawat sehingga menghasilkan struktur pesawat yang tetap ringan.
Solar Impulse 2 sendiri memiliki lebar sayap 72 meter, lebih lebar dari pesawat Boeing 747-8I yang hanya 68,45 meter. Sayap selebar itu hanya mampu mengangkat beban pesawat sebesar 2,3 ton (seberat mobil). Lebih dari itu, sayap akan patah.
Selain dari sel surya yang tipis, struktur ringan pesawat juga diperoleh dari serat karbon yang digunakan di badan pesawat. Hasilnya, berat keseluruhan pesawat lebih ringan sepuluh kali dibandingkan berat pesawat layang.
Sayap yang lebar itu ditopang oleh 140 tulang rusuk dari serat karbon yang diletakkan pada interval jarak 50 cm. Posisi itu akan memberikan aerodinamika pesawat terbaik sekaligus mempertahankan kekakuan struktur sayap pesawat.
Energi dari sel surya digunakan langsung untuk memutar baling-baling pesawat pada siang hari dan disimpan dalam empat baterai litium polimer yang tersimpan pada mesin, untuk sumber energi pesawat pada penerbangan malam hari.
Pada malam hari, karena hanya mengandalkan baterai, energi pesawat lebih kecil. Supaya hemat, pesawat harus terbang lebih lambat agar tidak memerlukan energi besar.
Lalu, apakah misi keliling dunia menggunakan pesawat tenaga surya itu akan berhasil? Kita nantikan saja. (tom)