Rasa cinta dan patah hati sepertinya merupakan dua hal yang saling melengkapi kehadiran satu sama lain. Orang-orang yang pernah merasakan cinta yang begitu besar pasti setidaknya pernah pula harus mengalami patah hati yang terasa sangat menyakitkan dan sulit disembuhkan. Kadang terpikir, sepertinya enak bila ada obat yang dapat menyembuhkan sakit hati.
Berangkat dari pemikiran seperti ini, kini beberapa ilmuwan tengah mengadakan penelitian terhadap obat-obatan yang dapat mengobati sakit hati. Secara sains, cinta sebenarnya bukanlah hal di luar logika dan bahkan bisa dijelaskan secara kimiawi. Salah satu hal yang berperan dalam hadirnya cinta adalah hormon yang bernama oxytocin yang memang memiliki andil besar terhadap munculnya rasa ini.
Seperti yang dilansir di popsci.com, seorang psikolog klinis University of Sydney, Australia bernama Adam Guastella melakukan sebuah uji coba menggunakan hormon oxytocin ini. Dia memberikan hormon ini kepada pasangan yang sedang mengalami masalah dalam pernikahannya dan menemukan bahwa keadaan pasangan ini membaik setelah diberi hormon cinta tersebut. Adanya tambahan oxytocin membuat kedua orang itu dapat melunakkan pikiran mereka serta membuat mereka mau lebih mengerti apa yang dimaui oleh pasangan.
Hasil percobaan ini pun membuktikan bahwa cukup dengan manipulasi terhadap keberadaan oxytocin maka rasa cinta dapat dimunculkan atau bahkan dihilangkan. Satu penelitian lain yang berkaitan dilakukan oleh peneliti dari Emory University. Mereka menyuntikkan obat yang dapat menghalang produksi oxytocin dan menemukan bahwa tikus yang disuntikkan obat ini kehilangan rasa tertarik mereka terhadap pasangan.
Hal ini membuat kemungkinan diciptakannya pil yang dapat mengobati sakit hati pun semakin besar. Namun kemungkinan ini sedikit memancing kontroversi karena untuk dapat menghilangkan sakit hati maka kemampuan seseorang untuk mencintai pun otomatis harus ikut dihilangkan. Hal ini menjadi dilema secara moralitas karena bagi jutaan orang, cinta adalah salah satu hal terpenting dalam hidup. Walau begitu, beberapa ahli berpendapat bahwa pil-pil jenis ini dapat digunakan untuk mereka yang memiliki kecenderungan mencintai dengan tidak wajar seperti pedofil atau orang-orang yang berperilaku abusif pada pasangannya.
Nah, kalau menurut kamu sendiri bagaimana? Apakah pil pengobat patah hati perlu diciptakan? (alo)