Tahun baru Cina atau Perayaan Imlek adalah momen penting bagi warga Tionghoa karena sanak keluarga berkumpul dan saling melepas rindu satu sama lain di rumah. Maka dari itu, sudah menjadi kebiasaan mereka untuk bersih-bersih rumah dua minggu menjelang Hari Raya Imlek. Setelah selesai bersih-bersih, rumah lalu dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang didominasi oleh warna merah.
Tahukah kamu kenapa perayaan Imlek identik dengan warna merah? “Zaman dahulu kala, ada kisah iblis yang bernama Nian yang artinya tahun. Nian akan menyerang desa-desa pada hari pertama di tahun bulan dan merusak panen, rumah, bahkan menculik penduduk desa,” cerita Ahok, salah satu warga Tionghoa saat ditemui sehabis sembahyang bersama istrinya di Vihara Dharma Bhakti Petak Sembilan Glodok, Jakarta Barat, seperti dilansir dari Vemalecom, Kamis (19/2/2015).
Menurut legenda, Nian adalah iblis raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun.
Agar Nian tidak merusak desa tersebut, maka seorang yang bijak menyarankan penduduk desa untuk membuat gaduh dengan alat musik dan membakar petasan. “Selain itu, setiap rumah wajib menggantung kertas merah. Anak-anak juga harus berpakaian serba merah,” katanya.
Bagi warga Tionghoa, solusi untuk memecahkan masalah tersebut berhasil dan Nian sangat takut dengan suara gaduh serta warna merah. Sejak saat itulah, Nian tidak pernah datang mengacau lagi. Dan sejak saat itu, hari pertama untuk tahun bulan Cina diperingati sebagai Hari Raya Imlek.
Ada pula cerita yang menceritakan akibat Nian mengacak-acak daratan Tiongkok, maka terjadilah kebakaran dan api yang identik dengan warna merah, dan kemudian api tersebut berhasil mengusir Nian.
“Itu dulu ya, tapi dengan berjalannya waktu, warna merah dianggap sebagai simbol hoki atau keberuntungan dan kebahagiaan bagi kita,” terang Ahok.
Simbol keberuntungan tersebut terlihat dengan pemberian angpao pada anak-anak. Pemberian angpao diharapkan agar anak-anak bisa cepat dewasa dan mendapat keberuntungan yang melimpah.
Selain warna merah, perayaan Imlek juga identik dengan warna emas. Dalam buku “Encountering Chinese: A Modern Country, An Ancient Culture”, warna merah berarti keberuntungan atau keselamatan untuk tahun baru. Sedangkan warna kuning keemasan dalam kebudayaan Tionghoa melambangkan kehangatan, kemakmuran, kesejahteraan, kekayaan dan kebahagiaan.
Oleh karena itu tak heran jika segala hal menyangkut Imlek, yang kali ini merupakan Tahun Kambing Emas, selalu berwarna merah, dan kuning keemasan. (tom)