Kaos Ternyata Dulunya Hanya Dipakai oleh Militer

Anak-anak muda masa kini sepertinya jarang yang betah mengenakan kemeja untuk bepergian. Umumnya mereka akan mengenakan kaos, karena lebih mudah dikenakan dan katanya lebih trendi. Namun tahukah kamu mengenai asal-usul kaos itu sendiri?

Dihimpun JadiBerita dari berbagai sumber, penggunaan kaos sebagai jenis pakaian dimulai pada awal tahun 1900-an selama Perang Dunia I. Tentara Amerika Serikat menyadari para tentara Eropa telah nyaman memakai kemeja katun, sehingga Amerika berpikir mereka harus membuat pakaian yang jauh lebih baik daripada seragam wol yang telah mereka pakai selama ini. Sehingga datanglah ide pembuatan kaos dan muncullah kaos sebagai pakaian dalam seragam di medan perang.

Kaos yang digunakan oleh tentara Amerika Serikat itu juga hanya menggunakannya ketika udara panas atau aktivitas-aktivitas yang tidak menggunakan seragam, dan masyarakat masih belum menggunakan kaos untuk kehidupan sehari-hari.

Sebagian besar orang akan setuju bahwa nama lain kaos adalah T-shirt karena bentuk kaos yang menyerupai huruf â??Tâ??. Namun dalam beberapa kasus terdapat perbedaan pendapat. Beberapa pendapat mengatakan nama lain kaos yaitu â??T-shirtâ?? muncul dari sejarah yang sering dipakai sebagai kaos latihan para tentara yang biasa disebut â??Training Shirtâ??.

Pendapat lain yang lebih aneh adalah kata â??T-shirtâ?? berasal dari kata â??teeâ?? dalam kata â??Amputeeâ?? yang berarti amputasi yang berkaitan dengan model kaos yang merupakan model dari pakaian lengan panjang yang dipotong

Kehadiran kaos atau T-Shirt dalam bentuk masif tiba pada waktu dua film Hollywood beredar di Amerika Serikat. Film tersebut adalah “A Streetcar Named Desire” (1951) yang dibintangi oleh Marlon Brando dan film “Rebel Without A Cause” (1955) yang dibintangi James Dean. Kedua film inilah yang menjadikan kaos dan bentuk desain yang khas itu kehadapan publik secara terang-terangan, dan momen ini juga yang memberikan gambaran baru tentang penggunaan T-Shirt sebagai pakaian luar, bukan lagi sebagai pakaian dalam.

Poster film Rebel Without A Cause yang memperlihatkan penggunaan kaos (pd56)
Poster film Rebel Without A Cause yang memperlihatkan penggunaan kaos (pd56)

Meski demikian, ada juga penonton yang protes, yang beranggapan bahwa pemakaian kaos oblong tersebut termasuk kurang ajar dan pemberontakan. Tak pelak, muncullah polemik seputar kaos oblong. Polemik yang terjadi yakni, sebagian kalangan menilai pemakaian kaos oblong â?? undershirt â?? sebagai busana luar adalah tidak sopan dan tidak beretika. Namun di kalangan lainnya, terutama anak muda pasca pentas teater tahun 1947, justru dilanda demam kaos oblong, bahkan menganggap benda ini sebagai lambang kebebasan anak muda. Dan, bagi anak muda itu, kaos oblong bukan semata-mada suatu mode atau tren, melainkan merupakan bagian dari keseharian mereka.

Polemik tersebut selanjutnya justru menaikkan publisitas dan popularitas kaos oblong dalam percaturan mode. Akibatnya pula, beberapa perusahaan konveksi mulai bersemangat memproduksi benda itu, walaupun semula mereka meragukan prospek bisnis kaos oblong. Mereka mengembangkan kaos oblong dengan pelbagai bentuk dan warna serta memproduksinya secara besar-besaran. Citra kaos oblong semakin menanjak lagi manakala Marlon Brando sendiri, dengan berkaos oblong yang dipadu dengan celana jins dan jaket kulit, menjadi bintang iklan produk tersebut.

Mungkin, dikarenakan oleh maraknya polemik dan mewabahnya demam kaos oblong di kalangan masyarakat, pada tahun 1961 sebuah organisasi yang menamakan dirinya â??Underwear Instituteâ? (Lembaga Baju Dalam) menuntut agar kaos oblong diakui sebagai baju sopan seperti halnya baju-baju lainnya. Mereka mengatakan, kaos oblong juga merupakan karya busana yang telah menjadi bagian budaya mode.

Di Indonesia, konon, masuknya benda ini karena dibawa oleh orang-orang Belanda. Namun ketika itu perkembangannya tidak pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal.

Namun demikian, kaos oblong baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan katun-halus-tipis, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Ada juga merek Cabe Rawit, Kembang Manggis, dan lain-lain.

Selanjutnya, tidak hanya di Amerika dan Eropa, di Indonesia pun kaos oblong sudah menjadi media berekspresi. Kaos oblong yang berwarna putih itu diberi gambar vinyet, dan waktu itu sempat menjadi tren/mode di kalangan anak muda Indonesia. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Alasan Maliq & D’essentials Beralih dari Jazz ke Pop

Segway, Transportasi Unik untuk Hindari Kemacetan