Banyaknya produk elektronik yang dipakai di seluruh dunia tentunya memperbesar sampah elektronik yang muncul jika tidak digunakan lagi. Apalagi zaman sekarang ini teknologi semakin berkembang dan menyebabkan produk elektronik lam tak terpakai lagi.Sampah elektronik jika dikumpulkan bisa mencapai jutaan ton.
Pemandangan itu bisa dilihat dari ‘kuburan’ sampah elektronik di Agbogbloshie, Ghana. Lokasi ini dikenal sebagai salah satu kuburan sampah elektronik terbesar di dunia. Jutaan ton sampah elektronik ini terhampar dan teronggok di berhektar-hektar wilayah tersebut.
Dikutip dari Daily Mail, Kamis (14/5/2015), wilayah kuburan sampah elektronik di Agbogbloshie, Ghana menjadi salah satu tempat pembuangan akhir bagi negara Eropa.
Menurut laporan United Nations University (UNU), ‘penyumbang’ sampah elektronik terbesar ke Ghana itu adalah negara Inggris. Negeri Ratu Elizabeth itu telah menyumbangkan 1,5 juta ton sampah elektronik dari seluruh 11,6 juta ton sampah dari Eropa.
Angka itu lebih sedikit dari 1,9 juta ton sampah elektronik yang berasal dari seluruh Benua Afrika. Laporan itu menemukan pada tahun 2014, total sampah elektronik global mencapai 41 juta ton yang bernilai 34 miliar Poundsterling (sekitar Rp 661 triliun).
“Negara-negara maju mengekspor jutaan ton limbah elektronik setiap tahun ke negara berkembang seperti Ghana,” tulis kelompok kampanye QAMP.
Sampah elektronik yang berakhir di situs Ghana itu terdiri dari perangkat elektronik rumah tangga, perangkat komputer dan ponsel serta produk lainnya.
Kepala UNU, Dr Ruediger Kuehr menggingatkan mengangkut sampah elektronik ke Afrika adalah ilegal. Tapi broker yang bermain cukup licik. Meraka, kata ketua tersebut, bisa memanfaatkan celah dengan melabeli item sampah sebagai kategori produk yang sudah tidak dapat digunakan. Sehingga sampah itu bisa sampai ke kuburan sampah elektronik.
Masalah pengiriman sampah elektronik ke Afrika juga berkaitan dengan isu lingkungan. Sampah tersebut dikhawatirkan membawa sejumlah besar bahan beracun yang mengancam jiwa. Misalnya, merkuri, cadmium yang bisa menyebabkan kegagalan organ dan gangguan mental berat jika mencemari pasokan air lokal.
Melihat kenyataan tersebut, peneliti UNU mendesak perlunya hukum pengiriman. Hal ini untuk membatasi masuknya sampah elektronik ke Afrika dan dengan demikian mengurangi potensi bahaya di negeri tersebut. (tom)