Ada yang unik dari masjid yang ada di Makassar, Sulawesi Selatan. Pasalnya, masjid ini tidak memiliki menara dan kubah seperti yang dimiliki masjid pada umumnya. Yang ada di masjid ini adalah bangunan yang menyerupai bentuk Kabah.
Miniatur Kabah ini dibuat setinggi 12 meter dan lebar 7 meter. Bangunan yang berdiri sejak tahun 2015 lalu, berdiri di atas lahan seluas 20 x 20 meter. Di sudut miniatur Kabah ini juga terdapat Hajratul Aswad atau batu hitam selayaknya bangunan aslinya di Arab Saudi.

Karena keunikannya ini, bangunan masjid tanpa kubah dan menara ini menjadi tujuan wisata religi. Banyak warga ingin melihat langsung masjid karya arsitek Muhammad Akbar Wisudawan, yang tidak lain adalah putra dari Haji Mustamin Anshar, seorang dermawan yang membangun masjid ini.
Menyambangi masjid ini, ada beberapa hal yang membuat orang betah berlama-lama. Kondisi bersih dan rapi menjadi alasan utamanya. Selain itu, lantai beralas karpet tebal nan empuk dan pendingin udara, membuat suasana makin nyaman. Kesan mewah di interior dan eksterior masjid langsung dirasakan para pengunjung.
Ustadz Harun Khahar, salah seorang dari tiga imam di masjid ini, menuturkan, banyak warga di pelbagai wilayah Tanah Air rela menyambangi tempat ini. “Masjid dengan aksen Kabah ini dibangun karena bapak Haji Mustamin Anshar terinspirasi saat beribadah di Masjidil Haram, yang di tengahnya ada Kabah. Bapak Mustamin merasa sangat terkesan dan mendapat hidayah. Beliau ingin selalu merasakan apa yang dirasakan saat beribadah di masjid itu sehingga dibangunlah sebuah masjid dengan tambahan bangunan kabah itu,” kata Harun Khahar seperti dikutip dari Merdekacom, Kamis (16/6/2016).

Semua pikiran Haji Mustamin Anshar, kata Harun, disampaikan ke putranya yang seorang arsitek. Ide-idenya dituangkan untuk direalisasikan. Sehingga hampir semua ornamen masjid ini memiliki arti.
Seperti jumlah pintu kaca ada 17 buah, itu menggambarkan jumlah rakaat lima waktu sholat. Lalu, lampu-lampu bulat yang tergantung bersusun menjuntai berjumlah 12 balon menunjukkan 12 tahun hitungan bulan dalam tiap tahunnya.
Adapun bentuk bulat telur pada tempat imam memimpin salat. Ini diambil dari falsafah bugis ‘mallebu tallo’ yang berarti ada totalitas, kebulatan hati terhadap pencipta. Kemudian pada dinding tepat di depan mihrab imam, ada bulatan besar dari batu di tengahnya tertulis lafadz Allah dengan bingkai segi empat yang menggambarkan filosofi ‘sulapa appa’ atau segi empat. Falsafah Bugis Makassar itu menyimbolkan susunan semesta yakni api, air, angin dan tanah.
Lalu di lantai dua, ada relief pohon yang disebut inisiator pembangunan masjid ini adalah pohon kehidupan. Daun dan ranting menyebar dia dua sisi dinding. Di masing-masing daun yang terbuat dari kayu ulin itu terdapat tulisan Asmaul Husna atau 99 nama Allah. Masjid ini juga dilengkapi delapan CCTV.
“Memang masjid ini dikelola oleh keluarga Bapak Haji Mustamin Anshar tetapi terbuka untuk umum. Sehingga kepada warga sekitar, jamaah diminta untuk bersama-sama menjaga keamanan, kebersihan dan kenyamanan masjid ini agar semua orang dapat menikmatinya untuk ibadah dengan baik. Selama Ramadan, senantiasa disiapkan makanan untuk berbuka puasa. Bahkan di hari luar Ramadan pun, khususnya di hari Jumat, keluarga kerap menyiapkan makana siang untuk jamaah,” terangnya.
https://www.youtube.com/watch?v=_iPyraNuVZA
(tom)