Asal Muasal Zamzam, Air Abadi yang Tak Pernah Kering

Zamzam merupakan sumur mata air yang terletak di kawasan Masjidil Haram, sebelah tenggara Kabah, berkedalaman 42 meter. Menurut riwayat, mata air tersebut ditemukan pertama kali oleh Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim, setelah berlari-lari bolak-balik antara bukit Safa dengan bukit Marwah, atas petunjuk Malaikat Jibril, tatkala Ismail, putera Siti Hajar, mengalami kehausan di tengah padang pasir, sedangkan persediaan air tidak ada. Untuk kisah lengkapnya, bisa kamu lihat berikut ini, seperti yang sudah dihimpun jadiBerita dari berbagai sumber.

Nabi Ibrahim memiliki dua orang istri, yaitu Siti Sarah dan Siti Hajar. Pada suatu hari, kedua istri Nabi Ibrahim itu bertengkar sehingga Siti Sarah bersumpah tidak akan tinggal satu tempat dengan Siti Hajar. Saat itu, turunlah wahyu kepada Nabi Ibrahim agar mengajak Siti Hajar dan Nabi Ismail, putranya yang masih kecil dan masih menyusu, pergi ke Mekkah. Nabi Ibrahim pun kemudian mengajak Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih bayi pergi ke Mekkah.

Air zamzam di Masjid Nabawi (Muhammadassad)
Air zamzam di Masjid Nabawi (Muhammadassad)

Saat itu, Kota Mekkah masih belum berpenghuni dan belum banyak sumber mata air. Mereka tiba di sebuah lembah dan tinggal di bawah sebuah pohon kering yang kelak di tempat itu akan berdiri Kabah. Setelah sampai di tempat itu, Nabi Ibrahim menyerahkan beberapa butir kurma dan sekantong air untuk mereka. Beliau kemudian meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi.

Siti Hajar tentu saja sangat kaget melihat suaminya meninggalkan mereka begitu saja. Tempat itu begitu sepi. Tidak terlihat ada satu orang manusia pun. Siti Hajar bergegas mengejar Nabi Ibrahim. â??Mau ke mana, wahai Ibrahim? Kenapa kami ditinggalkan berdua saja di sini?â? tanyanya dengan cemas. Di sekelilingnya tidak terlihat ada kehidupan apa pun selain hamparan tanah pasir yang tandus.

Diagram air zam zam (Meta-fisik)
Diagram air zam zam (Meta-fisik)

Nabi Ibrahim tidak menjawab pertanyaan istrinya. Bahkan, menoleh pun tidak. Oleh karena itu, Siti Hajar terus mengikutinya sambil mengulang pertanyaannya berkali-kali. Nabi Ibrahim tetap saja bungkam. Beliau terus berjalan tanpa memedulikan pertanyaan istrinya.

â??Apakah Allah SWT yang menyuruhmu meninggalkan kami di sini?â? tanya Siti Hajar akhirnya. â??Yaâ? jawab Nabi Ibrahim singkat.

â??Baiklah, kalau begitu. Kami akan tinggal di sini sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT,â? jawab Siti Hajar. Siti Hajar lalu menghentikan langkahnya dan membiarkan Nabi Ibrahim meninggalkannya berdua dengan Ismail. Hatinya merasa lebih tenteram karena dia percaya Allah SWT akan menjamin hidupnya walaupun harus tinggal di tempat yang sunyi dan jauh dari kehidupan manusia lainnya.

Di atas bukit yang jauh dari tempat istri dan anaknya ditinggalkan. Nabi Ibrahim menahan rasa sedihnya. Sungguh berat rasanya meninggalkan mereka di tempat yang begitu sepi tanpa makanan dan minuman yang cukup. Nabi Ibrahim menengadahkan tangannya dan memanjatkan doa kepada Sang Khalik untuk keselamatan dan kemudahan hidup bagi anak dan istrinya.

Siti Hajar dan Nabi Ismail hidup dalam kesepian. Mereka hanya menggantungkan hidup dari beberapa butir kurma dan sekantung air yang diberikan Nabi Ibrahim sebelum pergi. Udara gurun yang begitu panas membuat Nabi Ismaiil yang masih bayi sering merasa kehausan. Sementara itu, persediaan air yang ada pun lambat laun menipis dan kemudian habis. Nabi Ismail menangis karena kehausan.

Siti Hajar begitu panik dan cemas melihat putranya menangis dan membutuhkan air. Dia tidak tahu harus ke mana mencari air untuk melepaskan rasa dahaga putranya. Dengan terpaksa, Siti Hajar meninggalkan Nabi Ismail kecil dan berlari ke Bukit Shafa untuk melihat apakah ada orang yang melintas dan bisa memberikan mereka minum.

Bukit Shafa kini (Tripadvisor)
Bukit Shafa kini (Tripadvisor)

Ternyata, tidak ada satu orang pun yang terlihat. Siti Hajar pun berlari kembali menuruni lembah dan pergi ke Bukit Marwah. Dari atas bukit Marwah pun, tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya. Ibunda Nabi Ismail ini kembali berlari ke arah Bukit Shafa, kemudian kembali ke Bukit Marwah. Beliau melakukan hal itu sampai 7 kali untuk mencari bantuan. Ternyata, tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya.

Saat berada di Bukit Marwah, tiba-tiba Siti Hajar mendengar suara. Padahal beliau yakin tidak melihat seorang pun selama perjalanan. Siti Hajar pun berpikir kalau itu hanya halusinasi saja karena pikirannya sedang kacau. Namun kemudian Siti Hajar kembali mendengar suara. Rupanya, suara itu berasal dari Malaikat Jibril yang berdiri di dekat Nabi Ismail yang sedang menghentak-hentakkan kakinya sambil menangis. Suara yang didengarnya tadi adalah suara Malaikat Jibril yang menunjukkan lokasi adanya air.

Bukit Marwah kini (Pengalamanhendra)
Bukit Marwah kini (Pengalamanhendra)

Tanpa menunggu lama, Siti Hajar langsung menggali tanah di tempat itu sampai akhirnya air pun keluar dengan derasnya. Siti Hajar segera meminumkannya kepada Nabi Ismail.

Pada saat itu, Malaikat Jibril berkata, â??Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menelantarkan hamba-Nya. Dan sesungguhnya di sinilah Kabah akan didirikan oleh anak ini bersama ayahnya nanti.â?

Air yang memancar dari dalam tanah itu terus mengalir. Siti Hajar berusaha menampungnya dengan meletakkan batu-batu di sekeliling mata air tersebut. Akan tetapi, air terus mengalir sehingga Siti Hajar meneriakkan kata zamzam. Dipercayai bahwa kata zamzam itu berasal dari ungkapan zomk-zomk yang artinya â??berhenti mengalirâ? karena pada saat itu Siti Hajar sedang mencoba menampung air yang terus mengalir ke luar.

Kini, air zamzam telah dikelola pemerintah Arab Saudi agar para jamaah bisa langsung meminumnya tanpa perlu bersusah payah mengambil sendiri dari dalam sumurnya. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Danau Ayamaru, Keindahan Lain di Tanah Papua, Beningnya Bak Cermin!

Tips Memilih Baju Muslim untuk Wanita Berbadan Gemuk