Ini Teleskop Tertua Dunia yang Menyorot Bintang Paling Terang

Hutomo Dwi

Tentu kamu sudah tahu kalau untuk bisa mengamati bintang di langit, kamu membutuhkan sebuah alat yang bernama teleskop. Namun tahukah kamu bagaimana wujud dari teleskop pertama di dunia?

Sebuah makam yang ditemukan di Portugal mengejutkan ilmuwan sebab bukan hanya berfungsi untuk pekuburan tetapi juga teleskop. Seven Stone Antas, nama makam itu, dinobatkan sebagai teleskop tertua di dunia, perangkat pertama yang memungkinkan manusia melihat bintang tanpa lensa.

Seven Stone Antas (Astronomical Heritage)
Seven Stone Antas (Astronomical Heritage)

Makam dari zaman Neolitik itu punya konstruksi unik. Bagian “gerbang”-nya terdiri dari tujuh puing batu besar yang membentuk sebuah lorong panjang. Lorong tersebut mampu memblokir cahaya sekitar sehingga memungkinkan “astronom” zaman batu memfokuskan pandangan pada bidang langit tertentu.

Fabio Silva (Sophia-Project)
Fabio Silva (Sophia-Project)

Fabio Silva, ilmuwan dari Universitas Wales Trinity Saint David, Inggris, mengatakan, makam itu dibangun dengan penuh perencanaan. Lorong makam diarahkan sedemikian rupa sehingga mengarah ke bintang Aldebaran, salah satu bintang paling terang dilihat dari Bumi.

Teleskop pertama di dunia (Cosmos-Magazine)
Teleskop pertama di dunia (Cosmos-Magazine)
Teleskop pertama di dunia (Kompas)
Teleskop pertama di dunia (Kompas)

“Waktu terbit Aldebaran pertama tiap tahun adalah akhir April hingga Awal Mei pada 6 ribu tahun lalu,” kata Silva seperti dikutip The Guardian, Senin (11/7/2016).

Waktu terbit Aldebaran bertepatan dengan permulaan musim panas dan masa tepat untuk bertani. “Itu akan sangat bagus, penanda waktu yang tepat bagi penduduk saat itu untuk berpindah ke dataran lebih tinggi,” imbuhnya.

Perbandingan Matahari dan Aldebaran (Wikipedia)
Perbandingan Matahari dan Aldebaran (Wikipedia)

Daniel Brown, astronom dari Universitas Nottingham Trent, Inggris, mengungkapkan, penduduk masa lalu biasa mengunjungi makam dan bermalam sebagai bagian dari ritual dan sekaligus mengamati bintang.

Brown mengungkapkan, lorong makam mampu menciptakan lingkungan minim cahaya yang tak mungkin didapatkan di luar kompoleks makam. “Lorong membuat semacam lubang bidik kamera dengan sudut 10 derajat. Jika seseorang melakukan pengamatan dengan mata telanjang, itu sangat terbatas,” jelas Brown.

Dr Dan Brown , Open Dome, Observatory
Dr Dan Brown , Open Dome, Observatory

Penemuan ini juga menguak budaya masyarakat kuno terkait kosmologi serta memberikan pengetahuan tentang bagaimana mereka memaknainya. “Ini memberikan pandangan bahwa astronomi merupakan bagian dari pengalaman hidup, lingkungan, dan langit,” imbuh Brown seperti dikutip Livescience. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.