Pemerintah Indonesia semakin serius mengembangkan pemanfaatan energi nuklir dalam bidang kesehatan. Saat ini, Indonesia tengah memproses alat pembunuh kanker dengan nama Boron Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT).
â??Saat ini kami sedang menciptakan peralatan yang cukup canggih dengan nama BNCT. Itu merupakan alat pembunuh kanker yang lebih baik melalui tegangan listrik ,â? terang Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Bidang Relevansi dan Produktivitas, Agus Puji Prasetyono kepada wartawan disela-sela acara Simposium Internasional Penerapan Teknologi Nuklir di Balaikota, seperti dikutip dari Joglosemarco, Jumat (12/8/2016).
Alat BNCT akan membunuh sel kanker secara targeted, sehingga sel yang sehat tidak perlu dirusak tapi sel yang terkena kanker saja yang disembuhkan. Caranya adalah dengan mengikatkan boron pada sel kanker.
Jika boron ditembak dengan neutron maka boron akan mengeluarkan sinar alpha yang akan merusak sel kanker pada area yang sangat kecil. Area yang tidak disinari tidak terkena dampaknya, sehingga alat ini memiliki keuntungan bisa membunuh sel kanker hanya dalam satu kali terapi.
â??Masyarakat tidak perlu lagi melalui kemoterapi beberapa kali, itu malah menyebabkan efek samping yang merusak sel-sel yang tidak terkena kanker. Itu cukup membahayakan penderita, kanker itu kan menjadi pembunuh urutan kedua setelah jantung,â? paparnya.
Alat ini sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak 3 tahun lalu, hanya saja menemui kendala. Salah satunya adalah lemah dalam kolaborasi karena riset-riset tidak mengarah.
â??Pemanfaatan nuklir ini tidak hanya cukup dari aspek kesiapan teknologinya tapi juga mempertimbangkan kesiapan inovasi dan manufaktur. Jadi ini tidak berhenti di laci laboratorium saja, sudah saatnya para peneliti nuklir Indonesia membuat purwarupa yang bisa menyelesaikan masalah nyata di masyarakat,â? sambungnya.
Agus menambahkan, beberapa negara sudah mulai menggunakan alat ini. Misalnya Jepang, Taiwan, atau Korea. Saat ini memang tahapan pengembangan teknologi nuklir masih dalam taraf pembuatan prototipe laboratorium.
â??Nanti kami akan bekerja sama dengan ahli-ahli teknologi dari negara lain. Ini butuh waktu lama dan anggaran cukup besar, satu tahun kami mendapat anggaran Rp 1,4 miliar,â? tandasnya.
Semoga saja proyek ini bisa berkembang lebih lanjut, agar bisa menyembuhkan penderita kanker yang tersebar di seluruh Indonesia. (tom)