Today

Ketika MrBeast Tak Lagi Yakin AI Adalah Masa Depan Kreator

Ketika MrBeast Tak Lagi Yakin AI Adalah Masa Depan Kreator
Foto: Gemini

MrBeast jadi nama yang nggak bisa lepas dari dunia konten digital sekarang. Aku baru aja baca bahwa dia sedang gelisah soal efek AI terhadap kreator — meski dulu dia sendiri sempat mencoba menggunakan teknologi itu. Menurut dia, gimana nasib para kreator kecil kalau video-video AI-generated bisa muncul dan bersaing dengan video manual? Pikiran itu bikin dia bilang: “Scary times.”

Sebagai penulis di Jadiberita.com, aku suka memantau hal-hal yang bisa mengguncang industri kreatif. Dan kalau figur sebesar MrBeast saja mulai mempertanyakan hal ini, berarti ada sesuatu yang nggak boleh kita abaikan. Yuk, kita gali lebih jauh kenapa dia khawatir — dan apa pelajaran yang bisa kita petik dari situ.

MrBeast dan Posisi Dia dalam Dunia Kreator

MrBeast dan Posisi Dia dalam Dunia Kreator
Foto: hindustantimes.com

Jimmy Donaldson alias MrBeast menempati peringkat pertama dalam daftar Top Creators 2025 versi Forbes dengan pendapatan sekitar US$ 85 juta dan total pengikut mencapai 634 juta orang. Dia punya pengaruh begitu besar sehingga apa yang dikatakannya bisa jadi sinyal kuat bagi kreator lain.

BACA JUGA:  6 Perbedaan Google Gemini dan ChatGPT

Tapi yang menarik: dia malah menyuarakan keresahan soal AI. Dari berita yang aku baca di TechCrunch, pernah muncul iklan deepfake MrBeast di TikTok yang lolos di moderasi iklan. Itu menunjukkan bahwa teknologi bisa “meniru” citra seorang kreator tanpa izin.

Kekhawatiran MrBeast soal AI

Beberapa hal jadi sorotan:

  • Dia mempertanyakan bagaimana para kreator “jutaaan orang” yang hidup dari konten bakal bertahan kalau video ala AI bisa muncul dan menggantikan konten manusia biasa.
  • Dia sendiri pernah mencoba meluncurkan alat AI thumbnail di platform-nya, Viewstats, namun menghadapi kritik keras dari komunitas kreator. Dia kemudian mencabut alat itu dan menggantinya dengan direktori artis manusia.
  • Sebagian kreator menganggap video AI sering jadi “slop” — kualitasnya rendah, terasa generik. Tapi tantangannya: ketika AI makin canggih, mungkin makin sulit membedakan mana yang buatan manusia.
  • Jika kreator menggunakan AI diam-diam tanpa transparansi, bisa hilang kepercayaan dari penggemar dan merusak reputasi.

Faktor lain yang memicu ketegangan: masalah hak cipta dan plagiarisme lewat AI. Tool AI yang mengambil gaya seseorang tanpa izin bisa dianggap mencuri kreativitas. Jadi kita nggak cuma ngomong soal teknologi, tapi juga soal etika dan keadilan dalam ekosistem kreator.

BACA JUGA:  Cara Buka WhatsApp Web di Handphone yang Jarang Orang Tahu

Apa Pelajaran untuk Kreator (Termasuk Kamu)

Dari cerita MrBeast, aku bisa tarik beberapa pelajaran penting:

  1. Gunakan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti.
    Misalnya, kamu bisa pakai AI untuk brainstorming ide atau editing kasar, tapi tetap jaga unsur kreativitas manusia.
  2. Transparansi itu penting.
    Kalau kamu pakai elemen AI dalam karya, kasih informasi kepada audiens. Kejujuran bisa menjaga kepercayaan.
  3. Evaluasi etika dan hak cipta.
    Periksa apakah materi AI-mu mengambil unsur dari karya orang lain tanpa izin.
  4. Respons cepat itu kunci.
    MrBeast mencabut alat-nya begitu muncul kritik besar, dan kemudian memperbaiki pendekatannya. Respon seperti itu bisa meredam kerusakan reputasi.

Penutup

Kekhawatiran MrBeast menunjukkan bahwa kita berada di persimpangan antara inovasi dan tanggung jawab. AI bisa sangat membantu — tapi kalau tak digunakan hati-hati, bisa membalik keadaan kreator dari pahlawan jadi korban.

Jadi, apakah MrBeast benar-benar pasang badan untuk kreator kecil, atau hanya ujian bagi semua kreator agar lebih hati-hati dengan teknologi baru? Kamu yang tentukan. Kalau kamu baru kepikiran hal-hal ini, gue harap artikel ini membuka mata kamu sedikit.

BACA JUGA:  Cara Hapus Akun Telegram yang Permanen

Kalau kamu suka isi artikel ini, share ke teman kreatormu atau ke komunitasmu supaya makin banyak yang sadar tentang tantangan masa depan konten digital. AI nggak bisa kita hindari, tapi kita bisa memilih bagaimana cara kita menyambutnya.

Share:

Related News