Kehebatan Unmanned Aerial Vehicle, Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia

Hutomo Dwi

Jika selama ini kamu pikir pesawat tanpa awak tak bisa diproduksi di Indonesia, maka kamu salah. Pesawat terbang tanpa awak atau ‘Unmanned Aerial Vehicle’ buatan Indonesia Maritime Institute siap dioperasikan di wilayah perbatasan untuk kegiatan pengawasan wilayah.

Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute (IMI) Y. Paonganan menerangkan bahwa Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) ini merupakan kreasi anak bangsa. Meskipun kreasi lokal, ia menjamin PTTA ini memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan buatan negara lain..

Seperti diketahui, Lembaga riset maritim Indonesia Maritime Institute (IMI) bekerja sama dengan PT. Trimitra Wisesa Abadi secara resmi  memperkenalkan hasil pengembangan program PTTA atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle), di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, Selasa kemarin.

Pengenalan PTTA yang diberi nama OS-Wifanusa ini juga diikuti dengan demo flight full system. Demo flight ini juga dihadiri beberapa pejabat dari Kementerian Pertahanan RI, diantaranya Direktur Materil Ditjen Kuathan Marsma TNI Darlis Pangaribuan, M.Sc. Dalam demo tersebut, PTTA OS-WIfanusa take off dan landing dengan sempurna dan system UAV berjalan dengan baik.

“PTTA buatan anak bangsa ini memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan produksi dari negara-negara lain,” ungkap Paonganan dikutip dari Tribunnewscom, Rabu (20/5/2015).

Menurutnya, pembuatan OS-Wifanusa ini cukup membantu untuk keamanan negara ini. Tidak sedikit batas-batas negara Indonesia berada di titik-titik yang sulit dijangkau seperti laut luas hingga pulau kecil. Ia khawatir kurangnya pengawasan di daerah perbatasan maupun daerah yang sulit dijangkau dapat berakibat fatal bahkan sampai menggangu kedaulatan bangsa.

“Oleh karena itu, diperlukan inovasi teknologi anak bangsa untuk bisa menjadi solusi pengawasan wilayah perbatasan bahkan seluruh wilayah Indonesia,” tuturnya.

Paonganan atau sering disapa Ongen menerangkan, OS-Wifanusa memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di berbagai medan, baik di sungai, danau, laut maupun di darat. OS-Wifanusa juga memiliki lebar sayap 4 meter dan panjang 3 meter dan dilengkapi dengan floating untuk memudahkan operasi di air dan landing gear untuk pengoperasian di darat.

Pesawat ini menggunakan mesin 2 tak berkapasitas 170 cc mampu mengangkat pesawat dengan beban hingga 60â??70 kg. Untuk lepas landas di air, pesawat ini hanya membutuhkan jarak sejauh 50 meter, sedangkan di darat hanya butuh landasan tanah rata sejauh 30â??40 meter.

Ia menambahkan, dari segi sistem kendali jarak jauh (UAV System), pesawat ini mampu dikendalikan hingga 100 kilo meter dan menerima gambar video secara real time. OS-Wifanusa pun mampu terbang pada ketinggian 300 meter hingga 5000 meter dengan waktu terbang (endurance) mencapai 5 jam.

Pesawat ini juga dilengkapi kamera video yang hasil rekamannya mampu diterima secara real time di ground control station sebagai stasiun pengendali di darat selama melakukan operasi pemantauan. Selain itu ada juga kamera LIDAR untuk keperluan foto udara dan pemetaan.

Ketika ditanya tentang kesiapan untuk produksi, Ongen mengatakan sanggup memproduksi sebanyak 10-20 unit per tahun. “Kami sudah siap memproduksi PTTA OS-Wifanusa sebanyak 10-20 unit per tahun jika ada yang pesan” pungkasnya. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.