Siapa sangka, Indonesia menyimpan salah satu karya seni tertua di dunia? Dulu lukisan gua tertua yang pernah ditemukan berada di Eropa, tepatnya di Gua Coliboaia, Romania dan Gua Chauvet, Prancis.
Dilansir dari CNN, Senin (6/6/2016), lukisan gua yang ada di Eropa diperkirakan berusia 30 ribu sampai 35 ribu tahun. Namun pada tahun 2014 lalu para arkeolog menyatakan kalau lukisan gua yang ada di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan beberapa ribu tahun lebih tua.
“Lukisan tangan di Timpuseng, dekat Maros, memiliki usia minimal 39.900 tahun,” kata Iwan Sumantri, arkeolog dari Universitas Hasanuddin.
Lukisan gua tersebut berada di kawasan Taman Prasejarah Leang-Leang. Letaknya di Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Situs ini merupakan rumah bagi ratusan gua prasejarah yang tersembunyi di antara perbukitan karst.
Beberapa gua di sana merupakan lokasi ditemukannya sejumlah lukisan peninggalan manusia prasejarah. Mirip dengan yang di Eropa, lukisan-lukisan itu menampilkan cap tangan dengan latar belakang berwarna merah, beberapa di antaranya dengan jari yang tak lengkap. Gambar babi liar dan babi rusa, satwa endemik Sulawesi juga ditemukan di sana.
Di Leang Pettae, misalnya. Di gua ini ditemukan 5 gambar telapak tangan, satu gambar babi rusa, artefak serpih bilah serta kulit kerang yang menempel pada mulut gua. Sementara di Leang Petta Kere terdapat 2 gambar babi rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata panah. Kemungkinan besar, lukisan dan peralatan tersebut merupakan peninggalan para pemburu dari zaman prasejarah.
“Gua-gua prasejarah ini sangat penting dalam sejarah perkembangan budaya manusia, tidak hanya untuk orang-orang yang tinggal di Sulawesi Selatan tetapi juga bagi seluruh umat manusia,” kata Iwan.
Temuan lukisan serupa di Indonesia ini akan mempengaruhi pandangan bahwa seni dan sains berasal dari Eropa. Begitulah menurut Profesor Chris Stringer dari Museum Natural History di London.
Temuan lukisan berusia 40 ribu tahun ini di Sulawesi menunjukkan kemampuan menciptakan karya seni berasal dari Afrika, sebelum manusia modern menyebarkannya ke seluruh dunia.
“Landasan karya seni ini berasal dari 60 ribu tahun lalu dan bahkan telah ada di Afrika sebelum 60 ribu tahun lalu dan menyebar melalui manusia modern,” kata Stringer.
Sejumlah gua Taman Prasejarah Leang-Leang dilindungi oleh negara, hanya boleh dikunjungi untuk kepentingan penelitian. Beberapa di antaranya menjadi tujuan wisata, sementara sisanya masih belum terjamah.
Sayangnya, beberapa daerah di sekitar gua yang tidak dilindungi merupakan lokasi penambangan semen. Pasalnya semen merupakan sumber perekonomian utama di wilayah yang tengah berkembang ini. Dikhawatirkan, eksploitasi dengan bahan peledak ini bisa menimbulkan kerusakan serius pada situs prasejarah di sana. (tom)