Mengenal Daan Mogot, Pejuang Kemerdekaan Indonesia Berwajah Tampan

Jalan Daan Mogot membentang mulus menghubungkan Jakarta Barat dan Tangerang. Jalan ini merupakan salah satu jalan terpenting di Jakbar. Berbagai perkantoran, show room hingga stasiun TV berada di sana. Puluhan ribu orang melintasi jalan ini setiap hari. Sayangnya sedikit yang tahu dan meneladani kegagahan Mayor Daan Mogot yang namanya diabadikan untuk jalan ini. Siapakah Daan Mogot ini sebenarnya? Berikut kisahnya, seperti dilansir dari Merdekacom, Kamis (25/8/2016).

Daan Mogot lahir di Manado pada tanggal 28 Desember 1928 dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang (Mien) dengan nama Elias Daniel Mogot. Ayahnya ketika itu adalah Hukum Besar Ratahan. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara. Saudara sepupunya antara lain Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta) dan Irjen. Pol. A. Gordon Mogot (mantan Kapolda Sulut).

Daan Mogot (Beritahati)
Daan Mogot (Beritahati)

Pada tahun 1939, yaitu ketika ia berumur 11 tahun, keluarganya pindah dari Manado ke Batavia (Jakarta sekarang) dan menempati rumah di jalan yang sekarang bernama Jalan Cut Meutiah, Jakarta Pusat. Di Batavia, ayahnya diangkat menjadi anggota VOLKSRAAD (Dewan Rakyat masa Hindia-Belanda). Kemudian ayahnya diangkat sebagai Kepala Penjara Cipinang.

Pada perang kemerdekaan, nama Mayor Daan Mogot sangat populer di Jakarta dan Tangerang. Mungkin Daan Mogot juga layak dicatat sebagai mayor termuda dalam sejarah. Ketika menjadi mayor, pemuda ganteng ini masih berusia 16 tahun. Masih ABG kalau istilah zaman sekarang.

Tapi bukan tanpa alasan Daan Mogot yang baru berusia 16 tahun ini diberi pangkat Mayor dan memimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Jakarta Barat. Daan Mogot merupakan angkatan pertama Pembela Tanah Air (PETA), organisasi militer buatan Jepang.

Waktu mendaftar PETA, usianya baru 14 tahun. Seharusnya batas usia minimal adalah 18 tahun, tapi entah kenapa Daan Mogot bisa diterima. Dia kemudian menjadi salah satu yang terbaik hingga akhirnya diangkat menjadi pelatih PETA di Bali. Selain itu pemuda asal Manado ini juga dilatih menjadi pasukan gerilya elit oleh Jepang. Layaklah setelah Indonesia merdeka dia langsung diberi kedudukan walau usianya masih sangat belia.

Daan Mogot masuk kelompok pilihan bersama Zulkifli Lubis (kelak Wakasad dan bapak intelijen Indonesia), dan Kemal Idris (kelak Letjen TNI). Mereka dilatih perang gerilya di bawah Kapten Yanagawa, diajari bertempur secara efektif dan menggunakan aneka senjata terbaru saat itu.

Daan Mogot (Merdeka)
Daan Mogot (Merdeka)

Daan Mogot juga punya visi yang cerdas soal militer. Saat usianya 17 tahun, dia dan kawan-kawannya mendirikan sekolah calon perwira Akademi Militer Tangerang. Daan Mogot diangkat menjadi direktur pertama Akademi Militer Tangerang.

Tanggal 25 Januari 1946, Daan Mogot bersama pasukannya berangkat untuk melucuti pasukan Jepang di Lengkong, Tangerang. Kala itu Jepang sudah menyerah kepada sekutu. Daan Mogot dan rekan-rekannya berpikir lebih baik senjata Jepang jatuh ke tangan tentara Indonesia daripada pasukan Belanda yang akan segera kembali di bawah sekutu.

Mayor Daan Mogot berangkat bersama 70 taruna Akademi Militer Tangerang ke kawasan Lengkong, Serpong, Tangerang. Di sana dia menemui Kapten Abe, komandan tentara Jepang sementara pasukannya berjaga di luar.

Perundingan berlangsung damai. Kapten Abe meminta izin menghubungi atasannya dulu di Jakarta sebelum menyerahkan senjata. Tetapi pasukan taruna di luar, tanpa sepengetahuan Daan Mogot ternyata sudah mulai melucuti tentara Jepang. Beberapa tentara Jepang juga sukarela menyerahkan senjatanya.

Tiba-tiba entah darimana, terdengar tembakan. Situasi langsung kacau balau. Tentara Jepang segera berlari mengambil kembali senjatanya. Penjaga di pos senapan mesin pun langsung memberondong para taruna.

Pertempuran tak seimbang berlangsung. Mayor Daan Mogot berlari keluar dan berusaha menghentikan tembak menembak. Usahanya tak berhasil, dan akhirnya dia tewas setelah diberondong tentara Jepang.

Jalan Daan Mogot (Merdeka)
Jalan Daan Mogot (Merdeka)

Daan Mogot gugur sebagai ksatria pada tanggal 25 Januari 1946. Usianya baru 17 tahun ketika meninggalkan Ibu Pertiwi untuk selama-lamanya. Selain Daan Mogot, 33 taruna dan 3 perwira gugur dalam peristiwa Lengkong. Atas jasanya, Daan Mogot kemudian diabadikan menjadi nama jalan di Jakarta. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

5 Destinasi Cantik yang Terinspirasi dari Dongeng Disney, Menakjubkan!

Bukan Superman, Ini Superhero Pertama di Dunia