Makanan Pedas Ternyata Bikin Panjang Umur, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Selama berabad-abad, cabai dikenal sebagai obat sakit gigi dan pereda rasa sakit lainnya meskipun hingga kini rasanya penggunaan zat pedas sebagai obat masih belum dianggap lazim. Akhir-akhir ini para ilmuwan memiliki bukti bahwa capsaicin, zat utama pembentuk rasa pedas, ternyata mampu memberi dampak pada otak. Dan hasilnya, makan makanan pedas kini terbukti untuk memperpanjang umur.

Dilansir dari CNN, Rabu (7/9/2016), hal ini terbukti dari sebuah studi yang melibatkan lebih dari 400 ribu orang Tiongkok pada tahun 2004. Para peneliti mengikuti perkembangan mereka selama lebih dari 7 tahun dan menurut catatan mereka sebanyak 20.224 orang telah meninggal. Orang-orang yang sudah meninggal rata-rata tidak memasukkan makanan pedas ke dalam daftar menu mereka.

Makanan pedas (Knorr)
Makanan pedas (Knorr)

Setelah mempelajari sejarah kesehatan, umur, pendidikan, diabetes, dan variabel lainnya, peneliti menemukan bahwa keluarga yang makan makanan pedas rutin satu atau dua kali dalam satu minggu, terbukti berumur panjang dan resiko kematian menurun hingga 10 persen. Mengkonsumsi makanan pedas enam hingga tujuh kali dalam satu minggu bahkan bisa mengurangi risiko kematian hingga 14 persen.

Menurut para ilmuwan, makanan pedas akan mengurangi peluang penyakit jantung dan kanker, karena capsaicin yang ada di dalam cabai terbukti mengandung anti oksidan dan zat anti bengkak.

Meski demikian, para peneliti belum tahu pasti apakah konsumsi makanan pedas dalam jumlah tertentu akan menuntun kita pada ‘keabadian.’ Namun studi sebelumnya membuktikan bahwa orang yang mengonsumsi makanan pedas secara teratur telah memiliki mekanisme pertahanan khusus terhadap radikal bebas yang masuk ke tubuh dan meningkatkan bakteri baik di dalam usus.

Sambal (Wikipedia)
Sambal (Wikipedia)

Dalam studi tersebut juga para peneliti meminta partisipan untuk menjelaskan jenis bumbu pedas apa saja yang sering mereka konsumsi. Cabai dan lada adalah bumbu pedas yang paling sering dikonsumsi partisipan dalam satu minggu.

Sekarang, para peneliti masih mencari tahu apakah banyak-banyak makan pedas memiliki manfaat pada kesehatan manusia, ataukah justru gaya hidup seseorang yang menjadi faktor kesehatan seseorang, bukannya makanan pedas. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Kalahkan Abu Dhabi, Lombok Jadi Destinasi Wisata Halal Terbaik di Dunia

Super Mirip, Ini 5 Superhero ‘Kembaran’ Superman