Menelusuri Awal Dibangunnya Warung Tegal Alias Warteg

Warung Tegal alias warteg dapat kita jumpai di pinggir jalan yang kita lalui. Tentunya buat kamu yang sering makan di warteg tahu menu apa saja yang disediakan di dalamnya. Namun tahukah kamu mengenai sejarah awal dibangunnya warteg itu? Berikut jadiBerita berikan sejarahnya, seperti dilansir dari berbagai sumber.

Sejarah warteg dapat dilacak menurut beberapa versi. Untuk versi pertama, sebagian besar kalangan percaya warteg bermula sejak tahun 1950-an hinggan 1960-an. Saat itu pembangunan infrastruktur di ibukota demikian pesat. Sejumlah proyek dikerjakan, yang menimbulkan efek berganda (multiplier effect) sejumlah pekerja (tukang dan kuli) yang cukup banyak. Pekerja bangunan ini umumnya mendirikan bedeng-bedeng sementara di lokasi proyek. Selain tempat tinggal, pekerja ini membutuhkan konsumsi yang dapat dijangkau koceknya, yaitu murah dan banyak.

Seporsi makanan di warteg (Qraved)
Seporsi makanan di warteg (Qraved)

Peluang ini rupanya dibaca secara kreatif oleh warga Tegal. Kelompok imigran asal Tegal di ibukota mulai menyediakan layanan kuliner di lokasi proyek. Mereka mampu menjual produk yang murah dan banyak, yang kemudian menjadi satu stereotip warteg yang dikenal publik hingga hari ini. Realitas ini kemudian menjadikan stereotip awal warteg, yaitu berada di sekitar lokasi proyek, dibuat dari bahan-bahan semi permanen seperti halnya bedeng pekerja proyek, bersifat musiman mengikuti periodisasi pengerjaan proyek, dikerjakan oleh 3-5 pekerja boro yang umumnya laki-laki.

Ada catatan menarik soal karakteristik warteg ini. Umumnya warteg diusahakan oleh kelompok keluarga yang bergantian mengelola. Bila tak kebagian mengelola, mereka pulang ke kampung mengelola lahan pertanian yang ada. Berbeda dengan Rumah Makan Padang yang juga umumnya dikelola oleh tenaga kerja laki-laki, pemanfaatan tenaga kerja laki-laki pada warteg disebabkan oleh alasan praktis, tidak memperhitungkan sistem nilai matriarkhi di Minang yang kabarnya mendudukkan perempuan dalam posisi kultural yang tinggi.

Sementara itu, versi kedua sejarah warteg merunut rentang historis yang lebih panjang lagi. Bermula dari setting perseteruan Mataram-Batavia antara Sultan Agung dan VOC. Saat itu Tegal sebagai wilayah perbatasan Mataram dengan Cirebon, dan Batavia. Sudah diingat publik dalam pelajaran sejarah bahwa Sultan Agung dua kali menyerang Batavia secara besar-besaran, berturut-turut tahun 1628 dan 1629. Untuk kepentingan penyerangan ini, Sultan Agung memerintahkan pembukaan lahan sawah di wilayah Indramayu, Karawang dan sekitarnya, untuk menjamin ketersediaan logistik pasukan yang akan bertempur.

Sultan Agung bahkan sampai mengerahkan kawula Mataram untuk menjadi petani di Indramayu dan sekitarnya. Menurut “Trilogi Rara Mendut” karya Romo Mangunwijaya, petani di Indramayu merupakan orang Indramayu sendiri. Bila informasi ini akurat, maka penduduk Indramayu dan sekitarnya hari ini masih berhubungan darah dengan warga Mataram, dengan mengandaikan petani Mataram kemudian bermukim di Indramayu hingga kini. Petani dan prajurit tentu berbeda. Prajurit datang, perang, menang (atau kalah), dan pulang. Sedang petani mempunyai kemungkinan domisili lebih lama.

Warteg (Wikimapia)
Warteg (Wikimapia)

Bupati Tegal kala itu, Tumenggung Martoloyo ditunjuk sebagai senapati panglima perang, sekaligus menyiapkan ubo rampe peperangan, termasuk penyediaan logistik. Meski belum ada bukti otentik, kuat dugaan Martoloyo mengerahkan warga Tegal juga menjadi petani yang menyiapkan lahan di Indramayu, hingga menjadi juru masak pasukan di Batavia. Informasi ini didapat dari seorang penulis Tegal, Suriali Andi Kustomo yang menyinggung dalam bukunya “Tegal, Kota yang Tak Pernah Tidur” (2004). Meski demikian, hingga saat ini, realitas yang tercatat dalam sejarah memang hanya pengerahan warga Tegal sebagai prajurit penggempur VOC di Batavia.

Jadi, mana yang benar? Masih belum dapat disimpulkan. Namun jika dilihat dari dua versi di atas, versi yang pertama lebih masuk akal. Bagaimana menurut kamu? (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Mengintip Transformasi Peralatan DJ dari Masa ke Masa, Keren!

Deretan Bangku Super Kreatif di Ruang Publik yang Bakal Bikin Kamu Betah