Surabaya merupakan ibu kota Jawa Timur, dan dikenal pula dengan sebutan Kota Pahlawan. Julukan tersebut tak lepas dari sejarah kota Surabaya yang kental dengan nilai kepahlawanan dan heroisme. Dikutip dari situs resmi kota Surabaya, Kamis (23/4/2015), nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terwujud dalam peristiwa pertempuran antara Raden Wijaya dan Pasukan Mongol pimpinan Kubilai Khan pada tahun 1293. Begitu bersejarahnya pertempuran tersebut hingga tanggalnya diabadikan menjadi tanggal berdirinya Kota Surabaya hingga saat ini, yaitu 31 Mei.
Heroisme masyarakat Surabaya paling tergambar dalam pertempuran 10 November 1945. Arek-arek Suroboyo, sebutan untuk orang Surabaya, dengan berbekal bambu runcing berani melawan pasukan sekutu yang memiliki persenjataan canggih. Puluhan ribu warga meninggal membela tanah air. Peristiwa heroik ini kemudian diabadikan sebagai peringatan Hari Pahlawan. Sehingga membuat Surabaya dilabeli sebagai Kota Pahlawan.
Sejarah Surabaya juga berkaitan dengan aktivitas perdagangan. Secara geografis Surabaya memang diciptakan sebagai kota dagang dan pelabuhan. Surabaya merupakan pelabuhan gerbang utama Kerajaan Majapahit. Letaknya yang dipesisir utara Pulau Jawa membuatnya berkembang menjadi sebuah pelabuhan penting di zaman Majapahit pada abad ke-14.
Setelah mengetahui sejarah kota Surabaya, kini kita beralih ke asal usul nama Surabaya. Ada beberapa versi terkait penamaan Surabaya. Yang cukup populer ada tiga.
Versi pertama: Menurut sebagian buku, Surabaya berasal dari kata ‘Sura’ dan ‘Baya. Sura berarti Jaya, menang, selamat. Sedangkan Baya artinya bahaya. Sehingga Surabaya kurang lebih berarti ‘Selamat dari Bahaya. Selamat dari bahaya pada kalimat ini berarti, berhasil dikalahkannya pasukan Tartar (ada yang mengatakan bangsa Tiongkok) oleh pasukan Majapahit. Versi inilah yang merupakan versi resmi dari penamaan Surabaya sesuai dengan Surat Keputusan No. 64/WK/75 tentang penetapan hari jadi kota Surabaya.
Versi kedua: Surabaya berasal dari kata ‘suro’ dan ‘boyo’ Kata Suro berarti ikan Suro, sebuah ikan hiu yang besar. dan boyo berarti buaya. Di sini suro merupakan lambang dari pasukan tartar yang datang dari laut, sedangkan pasukan Majapahit digambarkan sebagai Boyo yang menyerang dari darat. Versi ini juga masih banyak digunakan hingga sekarang agar lebih mudah dimengerti.
Untuk versi ketiga berkaitan dengan mitos dan masih berhubungan dengan versi kedua. Konon saat pertempuran antara Majapahit dengan Bangsa Tartar terjadi, ada 2 prajurit yang sangat tangguh dari kerajaan majapahit. mereka bernama Jaka Sura dan Jaka Baya. Kemenangan Majapahit atas bangsa Tartar tidak terlepas dari kontribusi mereka berdua dalam pertempuran. Sayang, mereka berdua sangat sombong dan menganggap merekalah manusia yang paling kuat. Hingga ada seorang tua yang sakti mengutuk mereka. Jaka Sura menjadi ikan Sura, sedangkan Jaka Baya menjadi seekor buaya. Hal ini ternyata tidak membuat mereka berubah, mereka masih saja bertengkar untuk memperebutkan wilayah dan makanan masing-masing. Sehingga terjadi pertempuran yang dahsyat antara mereka kedua binatang tersebut. Pertempuran baru berakhir saat mereka sama-sama mati. Raden Wijaya yang melihat pertempuran tersebut, kemudian menamakan tempat itu dengan nama Surabaya.
Terlepas dari versi mana asal nama Surabaya, ibu kota Jawa Timur tersebut kini menjadi kota yang cukup disegani selain Jakarta. Bukan tidak mungkin kalau Surabaya nantinya akan menjadi kota yang lebih besar dari Jakarta. (tom)