Saat ini, perkembangan sains semakin pesat. Meningkatkan kapasitas manusia dengan bioteknologi, pil pintar, implan otak, hingga menggunakan metode DNA-editing (pengeditan DNA) tengah menjadi perbincangan yang hangat di dunia internasional.
Dengan mengedit DNA, ilmuwan bisa bermain-main untuk meningkatkan sifat-sifat dasar manusia, seperti kecerdasan, kemampuan fisik, bahkan penalaran moral. Artinya, seorang “manusia super” bisa diciptakan.
Pada tahun 2016 ini, untuk kedua kalinya ilmuwan Tiongkok melakukan percobaan memodifikasi embrio manusia yang sangat kontroversial, untuk menciptakan manusia super yang tahan terhadap penyakit dan kelainan genetika.
Dilansir dari Wired, Jumat (25/11/2016), bulan lalu, ilmuwan Tiongkok dari Sichuan University yang dipimpin ahli onkologi, Lu You, berhasil menyuntikkan sel darah putih yang sudah dikustomisasi dengan Clustered Regularly-Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR) ke dalam tubuh pasien yang terkena kanker paru-paru metastatik.
CRISPR-Cas9 adalah perangkat untuk mengedit DNA yang ditemukan pada bakteri secara persis. Tekniknya melibatkan enzim pemotong DNA dan sebuah penanda kecil yang memberi tahu kepada enzim bagian mana yang harus dipotong. Dengan pengeditan penanda itu, para ilmuwan bisa mengarahkan enzim ke wilayah spesifik pada DNA dan memotongnya dengan persis, di mana pun mereka inginkan.
Percobaan tersebut dilakukan di RS Tiongkok Barat, Chengdu. Lu menyatakan perawatan berjalan mulus dan sang pasien akan mendapatkan suntikan kedua. Namun ia menolak menjelaskan secara detail karena menjaga kerahasiaan pasien.
Tim tersebut berencana untuk merawat total 10 orang. Masing-masing akan menerima dua hingga empat suntikan.
Pengobatan ini masih dalam tahap uji keselamatan dan para partisipan akan dimonitor selama enam bulan untuk menentukan apakah injeksi itu menyebabkan dampak merugikan.
Ini merupakan terobosan baru untuk masyarakat Republik Rakyat Tiongkok. Sebelumnya pada awal 2014, Tiongkok juga berhasil membuat tumit kustom CRISPR pada monyet dan embrio pertama yang sudah dikustom menggunakan CRISPR pada Mei lalu.
Terobosan Tiongkok ini cukup mengagetkan, karena percobaan pertama penggunaan CRISPR pada manusia dijadwalkan baru dilakukan tahun depan oleh para ahli di University of Pennsylvania, Amerika Serikat.
Amerika Serikat tertinggal dalam hal ini karena perizinan. Sichuan University hanya butuh waktu enam bulan sejak presentasi hingga pemerintah Tiongkok menyetujui percobaan tersebut. Sementara di AS pengurusan izin bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Keberhasilan Tiongkok itu, menurut Darryl Macer dari Eubios Ethics Institute, akan membuat Asia berada di depan dalam upaya meningkatkan kemampuan fisik manusia. (tom)