Kamu pasti sering melihat foto lukisan tokoh-tokoh besar dari Eropa dari abad 17 atau 18 seperti fisikawan Isaac Newton, ahli hukum Montesqueiu, matematikawan Blaise Pascal, King Ferdinand VI dan lain-lain. Dalam lukisan tersebut, terlihat mereka semua memakai wig alias rambut palsu. Kenapa demikian? Apakah mereka botak atau tidak berambut?
Jika diperhatikan penampilan mereka memang sangat identik dengan rambut panjang keriting maupun hanya ikal. Sebenarnya banyak orang Eropa saat itu yang mempunyai rambut panjang asli, namun banyak pula di antara mereka yang ternyata memakai wig. Pada abad 17 sampai awal abad 19 tradisi memakai wig memang sangat populer di Eropa, terutama kaum bangsawan. Kata ‘Wig’ sendiri juga baru muncul dalam bahasa Inggris sekitar tahun 1675.
Pemakaian wig menurut catatan sejarah sudah mulai ada sejak zaman Romawi kuno. Tentu saja wig ini juga populer di kalangan masyarakat Eropa. Namun sejak keruntuhan Romawi, segala bentuk budayanya banyak yang menghilang, termasuk penggunaan wig. Lalu, kenapa wig bisa kembali marak? Orang yang pertama kali berjasa mempopulerkan kembali penggunaan wig di Eropa masa itu adalah Raja Louis XIII dari Prancis.
Raja Louis XIII mengalami masalah pada rambutnya sejak ia lahir secara prematur. Sang raja menggunakan rambut palsu sejak 1624 saat usianya baru sekitar 25 tahun, selain itu ia juga menambah sepatu dengan hak tinggi untuk memperbaiki penampilannya karena dia aslinya memiliki tubuh pendek.
Akhirnya tren fashion baru ini menjadi populer di kalangan para bangsawan lain termasuk pula George I dari kerajaan Britania. Penerus Louis XIII yaitu Louis XIV juga mengadopsi gaya berpakaian ayahnya yang akhirnya memberi kontribusi terhadap penyebaran wig di sebagian besar negara-negara Eropa. Saat itu wig juga digunakan untuk menunjukkan status seseorang, semakin besar wig yang ia pakai maka semakin ia mempunyai kedudukan tinggi.
Umumnya wig dibuat menggunakan rambut kuda, rambut manusia, wol dan lain-lain. Samuel Pepys pernah menuliskan bahwa pada pertengahan abad 17 sempat terjadi ketakuan orang menggunakan wig. Hal ini disebabkan oleh seorang tukang cukur yang mencukur rambutnya sendiri untuk membuat rambut palsu. Tetapi saat itu justru terjadi wabah penyakit yang disebabkan dari wig tersebut. Akibatnya, orang-orang takut untuk menggunakan wig, dan mereka mengira para pembuat wig memakai bahan rambut orang mati. Selain itu kelemahan lain dari wig adalah masalah kenyamanannya dan cukup berat dipakai. Bagi seseorang yang sudah bosan dengan wig miliknya, ia juga dapat menjualnya.
Mulai abad ke-19, tradisi memakai wig sebagai simbol status sosial mulai ditinggalkan, terutama di Amerika Serikat dan Prancis karena peristiwa Revolusi Prancis. Terhitung hanya beberapa presiden Amerika Serikat yang menggunakan wig, yakni George Washington sampai masa James Monroe. Selanjutnya hampir tidak ada lagi presiden Amerika Serikat yang menggunakan wig. Tapi sampai saat itu, fenomena rambut palsu telah menjadi salah satu fashion yang paling lama dan paling aneh dalam sejarah Eropa. Semua karena Raja Prrancis telah sadar diri dengan kebotakan mereka.
Tradisi memakai wig ini masih bertahan hingga sekarang, hanya saja wig Eropa khas abad ke-17 ini hanya dipakai oleh para hakim dan jaksa Inggris di ruang sidang pengadilan. Inggris memang masih memberlakukan peraturan penggunaan wig bagi hakim dan jaksa sebagai pelestarian budaya. Bahkan pakaian mereka dalam ruang sidang juga masih berciri khas gaya abad 17. (tom)