Begini Penjelasan Ilmiah di Balik Rasa Kangen

Hutomo Dwi

Rasa kangen atau rindu bisa menyerang siapa saja. Terlebih bagi mereka yang tengah jatuh cinta. Dua insan yang tengah dilanda cinta, dan terpisah oleh jarak tentu menyebabkan kerinduan yang mendalam. Kenapa rasa rindu atau kangen ini bisa terjadi? Berikut adalah penjelasan ilmiah di balik rasa kangen atau rindu, seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.

Awal mula dari rasa kangen atau rindu adalah munculnya rasa cinta. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa jatuh cinta berhubungan dengan hormon dopamin. Hormon ini memiliki pengaruh kuat terhadap rasa sakit, bahagia, dan hasrat. Kedekatan fisik bersama orang yang disayangi akan membuat produksi dopamin memuncak, karena itulah otak merespon dengan menerjemahkan keberadaan orang yang disayangi sebagai sebuah reward.

Ilustrasi kangen (Liputan6)

Efek ketergantungan terhadap dopamin sama kuatnya dengan candu. Produksi dopamin juga mempengaruhi hormon serotonin yang mengendalikan tingkat stres, suasana hati, dan nafsu makan. Karena itulah, berjauhan dengan sosok yang kita sayangi terasa begitu berat dan menyakitkan.

Bagi wanita, intensitas rasa kangen juga dipengaruhi oleh aktivitas hormon. Menurut Gabrielle Lichterman dari Hormone Horoscope, pasang surutnya estrogen, testosteron, dan progesteron pada siklus bulanan wanita bisa mempengaruhi suasana hati, sensitivitas, dan tingkat ketergantungan kita pada seseorang. Hormon-hormon ini pula yang menjadi pendorong munculnya perasaan sentimental saat kita sedang merindukan seseorang.

Rasa rindu pada pasangan memang tidak bisa tergantikan oleh sahabat atau keluarga. Ketika seorang pria dan wanita tengah jatuh cinta, akan ada ikatan emosional yang berkaitan dengan hormon oksitosin. Hormon inilah yang menjadi kunci kesetiaan seorang pria. Ketika seorang pria tengah menjalin komitmen dengan pasangannya, maka dia cenderung akan menciptakan jarak fisik dan juga mental kepada wanita yang tidak atau bukan pasangannya.

Berpelukan (Vemale)

Lalu apa ‘obat’ dari rasa rindu ini? Dalam buku yang berjudul “The Science of Kissing: What Our Lips Are Telling Us” karya Sheril Kirshenbaum, mengungkapkan bahwa kedekatan fisik (pelukan atau ciuman) dapat memicu hormon cinta (serotonin, dopamine, oksitosin) pada taraf maksimal. Sehingga saat seseorang berpelukan atau berciuman dengan orang yang mereka rindukan akan sangat melegakan. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.