Kota Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia dewasa ini dikelilingi ratusan mal, pusat perbelanjaan, serta sejumlah bangunan pencakar langit lainnya. Tapi tahukah kamu mal apa yang menjadi mal pertama di Indonesia? Jawaban untuk pertanyaan itu adalah Sarinah.
Mal setinggi 74 meter dengan 15 lantai yang berada di bilangan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat itu, merupakan gedung pencakar langit pertama Jakarta, serta mal pertama Jakarta, bahkan yang pertama juga se-Indonesia.
Dilansir dari Okezonecom, Senin (20/2/2017), Sarinah pertama kali dibangun pada 1962 atas prakarsa Presiden RI pertama Sukarno. Tentu dulu namanya bukan mal, melainkan toko serba ada atau department store. Sarinah secara resmi mulai beroperasi pada tanggal 15 Agustus 1966.
Sarinah dibangun atas keinginan Sukarno, yang menginginkan dibangunnya pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, setelah dia melihat pusat-pusat perbelanjaan modern negara-negara lain yang pernah dikunjunginya.
Tapi kenapa mal pertama di Indonesia itu dinamakan Sarinah? Bukan Mall of Indonesia atau Mall of Sukarno, misalnya? Jawaban untuk pertanyaan itu ada dalam sebuah buku yang ditulis Presiden Soekarno bertajuk “Sarinah: Kewadjiban Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia”.
Sarinah sendiri disebutkan merupakan nama pengasuhnya saat Sukarno masih kecil. â??Dari Mbok Sarinah, saya mendapat pelajaran mencintai orang kecil. Ia orang kecil, tapi jiwanya selalu besar,â? begitu tulis Sukarno di buku tersebut.
Latar belakang ini pula yang mendorong Sukarno mendirikan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. Dia ingin menyediakan tempat dengan berbagai fasilitas canggih di masanya, untuk memenuhi kebutuhan rakyat mendapatkan barang-barang murah dengan kualitas terbaik.
Pada awal berdirinya Sarinah (yang dibangun dari biaya pampasan pemerintah Jepang), situasi makro ekonomi Indonesia dalam keadaan yang sangat buruk. Oleh sebab itu Sarinah diharapkan akan menjadi stimulan, mediator dan alat distribusi serta berfungsi sebagai stabilisator ekonomi.
Selain itu, Sarinah juga diharapkan menjadi pelopor dalam pengembangan usaha perdagangan eceran (ritel) serta berpartisipasi dalam perubahan struktur perekonomian Indonesia.
Sesuai dengan namanya, Sarinah telah membantu kepentingan masyarakat kecil sebagai mitra usaha. Hingga saat ini cukup banyak mitra binaan Sarinah baik perorangan, perusahaan maupun koperasi.
Dalam perjalanannya, Sarinah mengalami pasang surut. Bahkan pada tahun 1984 gedung Sarinah pernah mengalami kebakaran. Namun karena didorong oleh keinginan untuk melayani masyarakat, Sarinah yang telah menjadi aset nasional bangkit kembali.
Sebagai mitra usaha kecil, terutama pengrajin, Sarinah ingin berperan lebih besar dalam memperkenalkan produk nasional ke mancanegara lewat ekspor yang semakin ditingkatkan dari waktu ke waktu. (tom)