Tiap-tiap bulan mempunyai catatan tersendiri. Berhubung saat ini kita sudah memasuki bulan Maret, maka akan kita bahas hari-hari bersejarah yang terjadi selama bulan ini. Ada peristiwa apa saja? Berikut 5 peristiwa bersejarah Indonesia yang terjadi bulan Maret, seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.
Serangan Umum 1 Maret
Awal Maret, kita akan diantarkan pada peristiwa yang terjadi 67 tahun yang lalu, yakni Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Yogyakarta. Seperti diketahui, kedaulatan Indonesia yang baru seumur jagung sempat diganggu oleh Agresi Militer II Belanda sampai-sampai jantung ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta, berhasil mereka duduki. Para pemimpin negara juga sempat ditangkap dan diasingkan, termasuk Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.
Untungnya, kita mempunyai seorang Jendral Besar Sudirman. Sebagai pemimpin tentara, beliau tidak mengenal kata menyerah. Dengan bergerilya beliau memimpin pasukan TNI melakukan perlawanan terhadap Belanda. Puncaknya adalah pada tanggal 1 Maret 1949, dimana TNI menyerang Yogyakarta dengan besar-besaran. Sejarah mencatat, serangan ini sangat menguntungkan bangsa Indonesia. Serangan ini mampu mengangkat posisi tawar Republik Indonesia di mata dunia sekaligus mempermalukan Belanda yang telah mengklaim jatuhnya pemerintahan Indonesia.
Supersemar
Pada tanggal 11 Maret, kita akan dibawa kepada kepada sejarah yang penuh kontroversi, yakni keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 atau yang lebih dikenal sebagai Supersemar. Banyak yang meyakini Supersemar inilah yang menjadi awal mula kejatuhan Sukarno. Disebutkan Presiden Sukarno mengeluarkan surat ini untuk menanggulangi adanya pergerakan â??pasukan tak dikenalâ?? yang bergerak menuju Istana Bogor. Tahu kondisi dalam bahaya, Presiden Sukarno memberi mandat kepada Panglima TNI AD saat itu, Suharto, agar mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang memburuk.
Namun, sekali lagi Supersemar adalah sejarah yang masih gelap. Terkait keaslian sejarahnya masih belum ada yang bisa menjamin karena arsip asli Supersemar pun belum ditemukan. Bahkan saksi terakhir, yakni Suharto, tidak mengemukakan bagaimana sejarah asli lahirnya Supersemar itu, hingga akhir hayatnya. Saat ini ada tiga versi Supersemar yang masih tersimpan, yakni versi Pusat Penerangan TNI AD, Yayasan Akademi Kebangsaan, dan versi Sekretariat Negara.
Wafatnya Bung Hatta
Indonesia kehilangan salah satu proklamatornya pada tanggal 14 Maret 1980. Ketika itu, Bung Hatta berpulang setelah 11 hari dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sepanjang hidupnya, beliau mempunyai peranan penting untuk kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 beliau memproklamirkan kemerdekaan dengan Bung Karno. Setelah itu beliau menjabat sebagai wakil presiden pertama Indonesia, dan pernah menerima amanah sebagai perdana Menteri di era Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Beliau mundur dari jabatan wakil presiden tahun 1956 karena berselisih dengan Presiden Sukarno. Bung Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Dipimpin Wakil Presiden saat itu, Adam Malik, Bung Hatta dikebumikan sehari sesudah wafat di TPU Tanah Kusir Jakarta tanggal 15 Maret 1980.
Bandung Lautan Api
Beranjak ke tanggal 24 Maret 1946, kita akan diajak menuju sejarah perjuangan Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan TNI saat itu) dan rakyat Bandung untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya. Pada tanggal itu, asap membumbung tinggi menandakan terjadinya kebakaran hebat di suatu wilayah. Peristiwa itulah yang kemudian disebut sebagai Bandung Lautan Api.
Pembumi-hangusan Kota Bandung sengaja dibuat oleh TRI dan rakyat supaya kota yang juga disebut sebagai Kota Kembang tersebut tidak dijadikan markas oleh sekutu. Sebanyak 200 ribu jiwa bergerak meninggalkan Kota Bandung dan yang tersisa hanya api dan asap yang mengepul ke langit. Dari sinilah tercipta lagu wajib “Halo Halo Bandung”.
Perjanjian Linggarjati
Banyak pihak yang menganggap Perjanjian Linggarjati adalah bentuk lemahnya pemerintahan saat itu, di mana harusnya Sumatera masuk dalam wilayah NKRI, namun perundingan dengan Belanda tersebut mengakui bahwa wilayah Republik Indonesia secara de facto hanya terdiri dari Jawa dan Madura. Selain itu, perjanjian ini juga berhasil mengubah bentuk negara dalam Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).
Pelaksanaan hasil-hasil Perjanjian Linggarjati ini tidak berjalan mulus. Bahkan Belanda justru mengkhianati perjanjian ini dengan melakukan Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947. Harusnya, menurut perjanjian, mereka akan angkat kaki dari bumi Indonesia tanggal 1 Januari 1949. Dengan adanya agresi ini maka perjanjian dianggap batal oleh kedua pihak. (tom)