Siapa bilang semua keju itu hanya bisa dikreasikan oleh orang-orang Barat sana? Sekarang kita wajib bangga karena Indonesia juga punya keju buatan sendiri dengan cita rasa yang berbeda pula. Enrekang, sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang terkenal dengan etnis budaya yang masih kental ternyata selama ini menghasilkan keju dengan bahan dan olahan yang berbeda dari buatan khas Eropa.
Selain terkenal dengan candu kopinya yang sudah menembus pasar mancanegara, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, juga menjadi satu-satunya wilayah penghasil keju lokal yang disebut Dangke. Ini adalah makanan khas daerah tersebut, berbahan baku susu kerbau maupun sapi yang dibekukan. Jenis keju hasil fermentasi susu sapi yang sudah diproduksi semenjak tahun 1900-an ini mengingatkan pada ‘Keseek’, keju buatan Jerman dengan tekstur seperti tahu dan berwarna putih.
Dilansir dari Goodnewsfromindonesiaid, Rabu (8/3/2017), penamaan Dangke sendiri berawal saat pendudukan Belanda di Indonesia. Pada masa itu, kata â??Dankeâ?? yang berarti â??terima kasihâ?? kerap diucapkan oleh para opsir Belanda, setelah disuguhi bongkahan susu (keju) hasil olahan tangan-tangan terampil warga Enrekang. Semenjak itulah keju putih ini berubah nama menjadi â??Dangkeâ??.
Proses pengolahan susu sapi menjadi Dangke terbilang cukup unik. Sebelum memasuki proses fermentasi, susu sapi segar akan dipanaskan dengan suhu kurang lebih 70 derajat celcius. Adalah getah dari pepaya yang dijadikan pemisah susu dari kandungan air dan lemaknya.
Getah pepaya ini pulalah yang memadatkan susu sapi menjadi bongkahan-bongkahan keju berwarna putih. Warga Enrekang juga menggunakan nenas untuk membuat rasanya menjadi agak masam dan berefek kekuningan pada bongkahannya. Satu bongkah Dangke kurang lebih setara dengan 2 liter susu segar.
Setelah padat dan terfermentasi, bongkahan-bongkahan keju yang masuk dalam kategori ‘Soft Cheese’ (keju lunak) ini kemudian diberi garam dan dicetak dengan tempurung-tempurung kelapa yang sudah dibersihkan sebelumnya untuk kemudian dibungkus dengan daun-daun pisang.
Digoreng atau dipanggang adalah cara penyajian yang paling sering sederhana dan paling sering sering ditemui untuk mempersiapkan bongkahan-bongkahan Dangke menjadi hidangan yang siap dinikmati. Sepiring nasi hangat dan sambal terasi adalah teman yang paling pas untuk menyantap potongan-potongan keju lokal ini.
Para pendatang dan warga Enrekang sendiri paling gemar menikmati Dangke dengan ‘pulu mandoti’. Beras yang bila ditanak aroma wanginya bisa tercium sampai di kejauhan ini adalah hasil bumi yang hanya bisa ditanam di persawahan Enrekang.
Di Enrekang, keju yang juga dipercaya bisa memperbaiki kualitas sperma dan meningkatkan stamina ini dijual seharga Rp15 ribu per potong (seukuran setengah tempurung kelapa). Tertarik mencicipinya? (tom)