Fakta-fakta Ilmiah tentang Waktu yang Belum Kamu Tahu

Hutomo Dwi

Sepanjang kita hidup, kita tak bisa lepas dari yang namanya waktu. Waktu sebagai penanda aktivitas kita, dan tak mungkin kita hidup dengan mengabaikan waktu. Berikut adalah beberapa hal mencengangkan di balik berbagai fakta ilmiah tentang waktu, seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.

1. Selain tahun kabisat, ada juga detik kabisat

Waktu di Bumi (Merdeka)

Dengan perlambatan rotasi Bumi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus penuh untuk rotasi ternyata tak selalu konsisten 24 jam per harinya. Setiap perubahan terus menerus membuat adanya miskonsepsi waktu yang harus dibenahi. Solusi dari hal ini adalah detik kabisat.

Konsep dari detik kabisat ini diperkenalkan oleh International Earth Rotation Service, badan yang meregulasi waktu astronomi. Tindakan korektif berupa penambahan satu detik pada tanggal tertentu diterapkan tiap kali tim global menganggap penyesuaian harus dibuat.

Hal ini mulai dilakukan pada tahun 1972, dan sudah terjadi 27 kali. Pada tanggal 30 Juni 2015, waktu ditambah satu detik, serta tanggal 31 Desember 2016 sebelum memasuki tahun baru 2017, hitungan jam tidak diakhiri pada pukul 23:59:59, namun pada pukul 23:59:60.

2. Tiap negara punya persepsi waktu berbeda tentang waktu

Menunggu (Merdeka)

Setiap manusia di Bumi punya persepsi yang sama terhadap waktu, di mana setiap hari dibagi menjadi 24 jam, dan setiap jam terdiri dari 60 menit. Namun di tiap penjuru Bumi terdapat perbedaan waktu. Hal ini membuat terdapat cara pandang yang berbeda di tiap orang pada tiap kultur.

Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa kebanyakan orang di wilayah Amerika umumnya memecah konsep waktu menjadi 5 menit bertahap. Sementara orang Timur Tengah akan menafsirkan waktu secara bertahap 15 menit. Jadi tiap wilayah akan menafsirkan waktu dengan cenderung menyebut kelipatan angka tersebut.

Studi yang dihelat oleh psikolog bernama Lawrence White ini, dilakukan dengan menguji beberapa orang dengan latar belakang budaya berbeda, dengan disuruh melakukan kegiatan rumit selama tepat 47 detik dan menaksir berapa waktu yang telah berlalu. Orang Amerika cenderung menyebut kelipatan 5 detik, antara 55 hingga 60 detik. Sementara orang Eropa tengah dan utara, serta orang Afrika Utara seperti Maroko, menyebut kelipatan 15 detik, seperti 45 atau 30 detik.

3. Ada masanya konsep waktu tidak dikenal

Big Bang (Merdeka)

Menurut teori Big Bang, ruang dan waktu itu muncul mengikuti ledakan besar yang terjadi 13.8 miliar tahun yang lalu. Tentu sulit membayangkan waktu itu tidak ada, namun ketika waktu didefinisikan sebagai kehadiran gerak dalam ruang, sebelum jagat raya terbentuk, alih-alih ukuran waktu yang presisi, waktu sendiri tak ada karena jagat raya hanya ruang hampa.

Jadi, tanpa benda kosmik yang bergerak secara teratur, waktu tidak ada.

4. Waktu semakin lama semakin dirasa cepat

Perputaran waktu (Merdeka)

Jika kita kembali ke masa dinosaurus masih memijak Bumi, dalam satu tahun terdapat 370 hari. Tentu kita tahu bahwa kini jumlah hari dalam setahun hanya 365, di mana waktu berkurang dengan sangat lambat. Ilmuwan mengetahui hal ini dari penelitian dari fosil dan batuan yang tumbuh mengikuti kalender lunar, layaknya ‘cincin’ yang bertambah di pohon tiap tahunnya.

Bertambahnya jumlah jam di tiap harinya disebabkan perputaran rotasi Bumi melambat, karena tarikan gravitasi kecil dari Bulan. Fenomena ini juga yang menyebabkan tiap harinya bertambah 1,7 milidetik tiap abad. Jadi meski jika diukur bentang waktu dalam satu tahun sebenarnya sama, waktu akan terasa lebih cepat tiap abadnya.

5. ‘Sekarang’ itu tidak ada

Albert Einstein (Merdeka)

Kita mengenal istilah ‘sekarang’ yang artinya saat ini. Jika kita menengok hukum fisika, ruang dan waktu adalah sesuatu yang fleksibel, dipengaruhi gravitasi dan kecepatannya sendiri. Oleh karena itu, tiap data inderawi yang kita serap sebenarnya sudah usang ketika kita merasakannya. Contohnya adalah jika kita melihat Bulan purnama yang cahayanya terang, kita sebenarnya melihat refleksi yang muncul 1,25 detik sebelumnya, di mana itu adalah waktu yang dihabiskan cahaya untuk sampai dari Bulan ke Bumi.

Hal ini senada dengan apa yang Albert Einstein katakan, “untuk kami para fisikawan, perbedaan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa depan hanya ilusi, namun terus menerus.”

6. ‘Efek Keganjilan’ terhadap waktu

Keganjilan waktu (Merdeka)

Pikiran adalah hal yang rumit, namun dapat dengan mudah dimanipulasi. Waktu adalah sesuatu yang dengan mudah dapat memanipulasi pikiran.

Kamu sendiri mungkin pernah merasa kalau waktu terasa sangat lama, dan suatu ketika waktu terasa cepat dan pendek. Padahal kamu tahu jika secara fisik kita menempati waktu dengan bentang yang sama. Meski berbasis ‘perasaan’, ternyata hal ini memiliki legitimasi ilmiah, yakni secara ilmiah bernama “Efek Keganjilan” atau Oddball Effect.

Efek keganjilan ini memberi pendapat bahwa waktu benar-benar diperpanjang dalam pikiran kita ketika kita mengalami situasi tertentu. Teori ini berpendapat bahwa otak kita akan mempersepsikan waktu akan lebih panjang ketika merasakan pengalaman baru, ketimbang mengalami sesuatu yang telah familiar.

7. Tinggi badan pengaruhi persepsi waktu

Variasi tinggi badan (Merdeka)

Ternyata, makin tinggi badan yang kamu miliki, waktu akan berjalan lebih cepat. Analisis ilmiah akan waktu biasanya berjalan pada skala besar seperti teori relativitas Einstein. Namun perubahan kecil dalam skala kecil ternyata tak bisa diabaikan.

Peneliti menguji hal ini dengan menggunakan jam atom untuk membuktikan bahwa perbedaan tinggi badan akan menyebabkan perubahan yang terukur terhadap berjalannya waktu. Meski demikian, perbedaan waktu yang berdasarkan perbedaan tinggi, skalanya sangat mikroskopis.

Jika diletakkan dalam perspektif, puncak Gunung Everest dan permukaan laut menghasilkan perbedaan waktu selama 15 mikrodetik selama setahun. Jadi akan ada perbedaan waktu antara seseorang yang tinggi dan pendek. Cukup masuk akal jika orang pendek seringkali merasa lebih muda.

8. Waktu tak sepanjang yang kita tahu

Revolusi Bumi (Merdeka)

Apa yang kita pelajari selama ini adalah satu hari terdiri dari 24 jam, yang dihitung berdasarkan berapa lama Bumi berputar pada porosnya atau berotasi. Namun hal ini tak benar-benar akurat, karena angka tersebut merupakan pembulatan ke atas dari angka sebenarnya yakni 23 jam, 56 menit, dan 4,2 detik.

Alasan mengapa kita mengukur hari selama 24 jam dari matahari terbit ke matahari terbit kembali, adalah karena Bumi bergerak di orbitnya untuk mengelilingi matahari di setiap harinya. Perubahan posisi tersebut memperpanjang hari dalam kadar waktu yang sangat sedikit. Karena berbentuk siklus, 24 jam adalah angka yang tepat untuk memecahnya jadi satuan waktu yang lebih kecil.

Ukuran hari sepanjang 23 jam, 56 menit, dan 4,2 detik disebut ‘sidereal day,’ sementara yang 24 jam disebut ‘solar day.’ (tom)

Bagikan:

Tags

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.