Inovatif, Siswi SMA Surabaya Ciptakan Sel Surya dari Buah Naga

Hutomo Dwi

Energi matahari jadi salah satu alternatif untuk menjawab kebutuhan daya yang ramah lingkungan. Selain tersedia dalam jumlah melimpah, energi ini tak bikin polusi. Sayangnya, untuk bisa membuat panel surya untuk menerima energi matahari ini tidaklah murah. Salah satu jenis panel surya, Dye Sensitized Sollar Cell (DSSC) misalnya, menggunakan ruthenium kompleks yang harus diimpor dan berbiaya relatif mahal.

Namun, sepertinya hal itu kini tak akan menjadi masalah, karena telah ditemukan cara membuat panel surya dengan biaya yang jauh lebih murah, yaitu dengan menggunakan buah naga.

Miranti Ayu Kamaratih (kiri) dan Octiafani Isna Ariani (X-Detik)

Berawal dari ekstrakurikuler, karya ilmiah remaja (KIR) di SMA Al Hikmah Surabaya terus berkembang. Seperti yang dilakukan oleh dua siswi bernama Miranti Ayu Kamaratih dan Octiafani Isna Ariani. Di tangan mereka, kulit buah naga merah tersebut bisa diolah menjadi prototipe DSSC atau sel surya pewarna tersensitisasi.

Hasil riset Miranti serta Octiafani itu sukses menyabet juara I pada Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2016. Mereka bakal berkompetisi pada arena Intel International Science and Engineering Fair (IISEF) 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat pada 13-20 Mei 2017.

Miranti Ayu Kamaratih (kiri) dan Octiafani Isna Ariani menunjukkan cara konversi energi dengan memanfaatkan kulit buah naga merah (Jawa Pos)

Awalnya, Ayu dan Octiafani mempelajari sel surya dari rutenium. Sel surya tersebut memiliki warna merah. Ruthenium kompleks dan kulit buah naga sama-sama berwarna merah. Dari situ, mereka berpikir untuk menggunakan kulit buah naga merah yang mampu menghasilkan arus dan tegangan. Selain itu, pemanfaatan limbah kulit buah naga menjadi nilai tambah bagi lingkungan.

“Karakter warna dari kulit buah naga merah mirip dengan karakter ruthenium kompleks. Ruthenium kompleks sendiri harganya sekitar Rp 10 juta isi 100 mililiter dan impor,” kata Miranti di gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, seperti dikutip dari Kompascom, Selasa (9/5/2017).

Miranti Ayu Kamaratih dan Octiafani Isna Ariani (X-Detik)

Ekstrak kulit buah naga merah, ungkap Octiafani, masih kalah dalam menghasilkan arus dan tegangan jika dibandingkan dengan senyawa sintetis. Meski begitu, penelitian bisa dikembangkan secara lebih detail menjadi senyawa kompleks.

“Hasilnya memang lebih rendah tapi sudah mencapai 56 persen efisiensinya dari ruthenium. Jadi mungkin dengan meningkatkan kestabilan warnanya, karena natural dye itu pasti tidak stabil warnannya, itu mungkin bisa mencapai rutenium,” ujar Miranti. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.