Makam sang pejuang emansipasi wanita, RA Kartini, terdapat di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Makam tersebut dijaga oleh seorang juru kunci bernama Muhammad Sahid. Berikut kisah Sahid menjadi juru kunci makam RA Kartini, dilansir dari Merdeka, Senin (21/4/2014).
Sebelum menjadi juru kunci, Sahid tinggal di Dukuh Mudal, Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang bersama istri dan seorang anaknya. Rumahnya berjarak sekitar 10 kmdari letak makam Kartini. Ia mengaku sama sekali tidak mempunyai hubungan darah, silsilah maupun keluarga dengan pahlawan pejuang emansipasi wanita Indonesia ini. Sampai-sampai dia heran mengapa dirinya yang diberi petunjuk oleh RA Kartini sendiri untuk menjaga makamnya.
Sahid mengaku diminta oleh Kartini menjadi juru kunci setelah ditemui arwah atau roh RA Kartini. Saat itu, hari Jumat Kliwon tahun 1979, Kartini dengan mengenakan busana berupa selendang atau jarik berpola Sidomukti dan berbaju borklat atau kebaya warna hitam dihiasi benang emas merangkul dan mengajak Sahid untuk datang ke rumahnya.
“Tahu-tahu mendatangi rumah. Dirangkul, saya tanya dia tidak ingin ngomong. Dia berkata, nanti kalau sampai di rumahku saya kasih petunjuk. Kamu bekerja saja di rumahku. Nanti kamu akan kenyang dan tidak kelaparan. Wujudnya seperti di foto persis, pakai jarik sidomukti, borklat hitam renda hitam dari atas kerah sampai bawah emas. Setelah itu diajak ke musala saya dirangkul, kok jauh bu? Sebentar lagi sampai di rumahku,” cerita Sahid.
Setelah sampai di rumah, Sahid kemudian diminta Kartini untuk mengambil alat penerangan lampu, yang masih berupa lampu petromak. “Lampu saya bawa ke rumahnya. Saat saya dirangkul, saya heran rumah ibu R.A. Kartini terlihat berdinding emas yang berkilau berupa daun waru. Saya plenggongan, lalu ditanya ibu, kowe ono opo (kamu kenapa)? Saya bilang rumahnya ibu kok mewah?” ungkapnya.
Setelah itu, sosok arwah itu mengaku Kartini. Dalam pesannya, Kartini menyampaikan keluhan bahwa saat ini banyak wanita yang melupakan perjuangan dan perannya. “Terus dia cerita kalau dia Ibu Kartini yang disenangi orang banyak memperjuangkan kaum putri yang lupa sama aku. Ya sudah tidak usah panjang lebar, saya kasih kunci ini untuk bersih-bersih kamar. Ada slambu hitam simpen. Ada 12 kamar. Seluruh selambu hitam itu Ibu Kartini menyuruh saya untuk mengganti dengan selambu putih semua,” ungkapnya.
Sahid lalu disuruh oleh Kartini untuk melantunkan ayat suci Alquran yaitu surat Al Fatihah. Selesai membaca, Sahid langsung sadar dan dibangunkan istrinya, yang khawatir karena suaminya membaca surat Al-Fatihah dalam tidurnya.
“Tiga hari kemudian bulan turun dari atas ke bawah. Sampai di depan wajah saya terlihat sosok wajah Ibu Kartini yang sama persis wajahnya di foto yang dipajang di museum. Dia bilang, saya ini bukan rembulan. Wajahku memang seperti rembulan. Sesuk kerjo nggonku di ati-ati yah. Nek ono di pangan, lillahita’alla (Kalau besok kamu bekerja menjaga makamku hati-hati yah. Kalau ada rezeki dinikmati, niatmu harus tulus karena Allah),” tuturnya.
Sejak saat itu, dirinya menjadi juru kunci makam RA KArtini. Sahid mengaku selama bekerja sebagai juru kunci makam Kartini, dirinya berniat hanya untuk mengabdi kepada keluarga Kartini. Ia ikhlas meski status pekerjaannya hanya sebagai tenaga honorer saja di lingkungan Dinas Pariwisata, Olahraga dan Kebudayaan Pemkab Rembang. (tom)