STORY: Menikah dengan Berandalan Kampus Semasa Kuliah

Janah

Ini yang saya lihat dari seorang teman, yang dekat dengan saya sejak kuliah sampai sekarang. Selama kuliah ia sempat dekat dengan seorang pria yang ia pacari begitu lama. Pria itu pula yang ia ajak bertemu dengan ayahnya, seorang pilot maskapai penerbangan Nasional yang ternama. Jadi waktu itu, saya pikir dia dan pria itu akan berakhir bersama.

Hidup sempat begitu lancar, tanpa masalah nampaknya, untuk teman saya ini. Sampai sang ibu mendadak meninggal di awal tahun 2000-an. Ibu yang dekat sekali dengan mereka, dan juga sangat disayangi oleh sang ayah. Sang ayah, sempat cukup lama tertekan dan terlihat tak mampu melanjutkan hidup. Sampai suatu saat, tak lama setelah ibu teman saya ini meninggal sang ayah mengakui sebuah rahasia besar yang ia simpan belasan tahun.

Rahasia lama yang muncul lagi ke permukaan yakni sebuah masalah keluarga yang dipendam. Rahasia berupa keluarga lain, yang juga dihidupi sang ayah, dan hidup di pulau lain. Di tengah semua masalah dan rahasia itu, teman saya itu tiba-tiba dekat dengan seorang laki-laki yang jauh dari dugaan saya. Sangat jauh. Seorang senior yang sering saya lewati di lorong kampus.

Senior yang sering duduk bersama kelompok temannya yang gemar bergaya punk, selama bertahun-tahun. Mereka sering duduk di sudut kampus, menggoda siapapun yang lewat. Bertampang lusuh, dengan celana jeans yang kotor dan sudah menguning. Pemandangan yang cukup mengintimidasi, apalagi kelompok penggemar budaya punk identik dengan kekerasan dan tak ramah. Mereka pun tidak ramah di mata saya. Budaya punk, sikap yang sulit saya mengerti sebenarnya.

Apalagi mereka yang mengadopsi cara hidup sebagai punkers. Rela hidup dalam rombongan, rela dekil-dekilan, kadang terlalu asik dengan miras. Seperti tak memikirkan masa depan. Pria yang samalah yang membantu teman saya itu bertahan dari semua tekanan emosional yang ia hadapi. Masalah akhir-akhir tahun kuliah, drama keluarga, tuntutan menjadi anak pertama yang bisa memberi contoh pada adik-adiknya, dan masih banyak lagi.

Sebagai teman dekat, saya hampir menanyakan kenapa pria itu yang ia izinkan untuk dekat dengannya. Tapi pertanyaan itu juga tidak pernah saya tanyakan. Karena buktinya, hingga sekarang pria itu mampu memberinya ketenangan. Memberinya pernikahan. Dan memberi teman saya dua anak yang lucu hasil pernikahan mereka.

Pria yang sama pula sudah merenda hidup dengan melakukan berbagai pekerjaan, diantar sepeda motor roda dua, untuk menghidupi keluarga kecil mereka. Keluarga yang membuat saya sadar, bahwa kemewahan tak berarti apa-apa tanpa orang yang memahami kita. Kemewahan tak berarti apa-apa, bila tak ada keluarga untuk diajak berbagi sesering mungkin. Sebuah kemewahan yang hakiki, bagi kita yang hidup di Jakarta.

Kini, bekas anak punk ini sudah meninggalkan atribut-atributnya. Ia tidak lagi memakai jeans kumal dan kelewat ketat. Ia tidak lagi duduk di lorong-lorong, menjadi simbol ketidakpedulian dan pemberontakan. Ia masih orang yang sama, rasanya, tapi menjadi versi lebih baik dari dirinya sendiri. (nha)

Bagikan:

Janah

Simple Girl
Banner Promo FXpro