Tiga kali tepuk Pramuka!! Hehehe kata-kata perintah yang sering kita dengar saat duduk di bangku sekolah dasar ini ternyata masih segar dalam ingatan kepala. Tentu pasti masih ingat juga saat kita duduk di bangku SD ada Pramuka tingkat Siaga yang dibagi menjadi 3 tingkatan Siaga Mula,Siaga Bantu, Siaga Tata yang ada di umur 7 – 10 tahun.
Kemudian diibaratkan naik kelas ke tingkat Penggalang yang dibagi tiga tingkatan lagi, Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, Penggalang Terap di jenjang umur 10 – 15 tahun. Lebih Tinggi lagi ada istilah Penegak yang dibagi dua tingkatan yaitu Penegak Bantara dan Penegak Laksana dimasa ABG alias 15 – 20 tahun.
Dan mungkin para aktivis Pramuka mengenal dunia Pandega di atas 20 tahun sebagai kasta tertinggi dalam tingkatan kePramukaan.
Kegiatan Ekstrakulikuler sekolah dimana boleh dibilang “semuanya ada disini”, bagaimana tidak? di kegiatan Pramuka kita bisa mendalami kedisplinan lewat Baris Berbaris khas PASKIBRA, Ketelitian dan mengembangkan jiwa sosial lewat P3K khas PMR, Mendalami perhitungan penaksiran tinggi; lebar; jarak khasnya pelajaran Matematika, bahkan kita pun bisa mengasah panca Indera dengan kegiatan Pramuka yang biasa di sebut Semaphore; Morse; dan KIM.
Pramuka adalah Jiwa, cikal dari kedisplinan tinggi dan sebagai awal penggemblengan Mental yang sangat bagus. Dalam hidup dan mencapai suatu tujuan dan prestasi, tidak hanya dibutuhkan skill, pendidikan, dan biaya, tapi lebih daripada itu semua, Mental lah yang menggerakkan seseorang menjadi tidak mudah menyerah dan putus asa.
Kita banyak mengenal Organisasi Pecinta Alam, Organisasi Sosial, yang sebenernya jika kita telusuri lebih jauh, kegiatan Pramuka lah cikal bakal dari pencabangan organisasi tersebut. Jangan lupakan akan kreatifitas dalam kePramukaan, yang merupakan bentuk pengenalan kemampuan diri.
Lihatlah Indro WARKOP, komedian terkenal dari grup legendaris WARKOP DKI, dalam suatu sesi wawancara di salah satu stasiun Televisi swasta, dengan lantangnya dia menyebut Pramukalah yang berperan membentuk diri dan mentalnya disamping beliau juga seorang aktifis pecinta Alam saat duduk di bangku SMA dan perkuliahan.
Dan mungkin itu hanya salah satu dari publik figur yang berangkat dari seorang anak Pramuka, kita tidak pernah tau siapa lagi putra bangsa yang mungkin tanpa disadari dalam mereka mencapai tujuan, Pramukalah yang menjadi dasar penggemblengan mental mereka pada mulanya.
Pramuka Indonesia mengukir banyak prestasi di dunia, sebagai contoh Kontingen Pramuka Aceh yang mewakili Indonesia kembali meraih penghargaan dalam Jambore Asia Pasifik yang dilaksanakan di Suncheon, Korea Selatan, 4-9 Agustus 2010, yang pada jambore sebelumnya di Filipina, Kontingen Aceh berhasil meraih dua dari lima kategori yang dilombakan yakni festival pakaian adat dan tarian tradisional.
Kemudian ada lagi Kali ini prestasi ditorehkan mahasiswi semester tujuh Fakultas Kehutanan UGM, Choiriatun Nur Annisa. Ia terpilih menjadi wakil presiden asosiasi mahasiswa kehutanan sedunia (International Forestry Students` Association/IFSA) melalui pemungutan suara di Sidang Umum IFSA belum lama ini di Bulgaria. Choiriatun Nur Annisa tidak lain adalah Ketua DKC 1205 Kota Yogyakarta.
Dia terpilih sebagai wakil presiden asosiasi mahasiswa kehutanan sedunia (International Forestry Students` Association/IFSA). Ada juga cerita prestasi dari tanah Dayak dimana anggota Pramuka sekolah Vidatra menjadi juara umum lomba regu prestasi se Indonesia tahun 2001 dan Jambore Asia Pasifik 2001 mewakili Indonesia di New Zealand. Dan Pramuka Indonesia memiliki anggota sebanyak 17 juta dan menjadi pramuka terbesar di dunia.
Tapi tunggu dulu! Di zaman Facebook, Game Online, dan makin menjamurnya Warnet seperti sekarang ini apakah kegiatan PRAMUKA sudah kalah pamor? Rasanya tidak juga, justru teknologi Internet yang dari hari ke hari makin berkembang pesat dapat dipadukan dengan kegiatan Pramuka yang biasanya terbilang melelahkan, panas, namun tetap menggembirakan.
Pengalaman saya selama menjadi pelatih ke Pramukaan, bahwa materi yang diperlombakan dalam suatu kompetisi ke Pramukaan semakin hari semakin berkembang, dengan dipadukannya metode penyampaian beraneka ragam paduan, bisa dengan bahasa Inggris atau berupa media elektronik, Internet, bahkan Facebook sekalipun dapat dimanfaatkan sebagai sarana latihan yang cukup efektif untuk mengasah kemampuan ke Pramukaan yang aplikasinya sedikit banyak menjadi dasar pengembangan banyak disiplin ilmu, sebagai satu contoh saja, dalam ke Pramukaan kita mengenal materi Pioneering, sebuah ajang pelatihan mengenai rancang bangun dengan hanya menggunakan Tongkat dan tali Pramuka, bukankah mirip seperti Ilmu Arsitek dalam dunia pendidikan Perkuliahan?.
Semua itu berawal dari prinsip ke Pramukaan yang selalu gembira, sehingga tanpa disadari lewat kegembiraan tersebut terlahirlah suatu ide dan kreatifitas yang berkembang terus tanpa tergilas kemajuan zaman namun terus mengikuti laju perkembangan zaman secara sistematis dan fleksibel. Terima kasih Pramuka! (Jow)