Tari Saman, Simbol Kebersamaan dalam Syiar Islam

Tari Saman adalah kebudayaan suku Gayo yang berada di Aceh Tenggara. Menurut sejarah yang beredar, tarian ini diyakini diciptakan oleh Syekh Saman sebagai salah satu media dakwah Islam di tanah Aceh. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya adalah kebersamaan, sopan-santun, keagamaan, pendidikan, kepahlawanan dan kekompakan. Tarian ini pada awalnya ditampilkan oleh minimal 10 orang lelaki sebagai upacara resmi menyambut kedatangan tamu penting, pembukaan acara festival dan berbagai seremonial lainnya.

Tari Saman

Sebelum tarian dimulai, seorang tetua adat menyampaikan mukadimah (pembukaann) yang berisi nasehat untuk para pemain dan penonton. Dalam sekelompok penari Saman terdapat jabatan Syech yang berfungsi sebagai koordinator tari, gerak dan lagu yang akan dinyanyikan. Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan alat-alat musik. Suara yang dihasilkan adalah dari tepuk tangan dan nyanyian para penari Saman. Beberapa macam nyanyian penari Saman adalah:

  1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
  2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
  3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
  4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
  5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.

Tarian ini terbilang unik karena hanya menampilakan gerak dan tepuk tangan penari. Dalam perkembangannya, Tari Saman tidak hanya boleh ditampilkan oleh 10 orang lelaki. Perempuan pun boleh ikut serta. Semakin banyak penari, semakin bagus dan semarak dakwah Islam yang disyiarkan lewat lagu-lagu berbahasa Arab dan Aceh. Antusias pemuda makin tinggi terhadap tari Saman. Hal ini dibuktikan dengan makin menjamurnya perlombaan tari Saman yang diadakan di berbagai komunitas dan intitusi pendidikan.

Written by Alfath

Journalist at Weekend @jdbrta

Batik: Warisan Budaya yang Diperebutkan

Kekhususan Kereta RI I-II