STORY: Andreas Diantoro, Dari Tukang Sampah Sampai Presdir Microsoft

Bulan Februari 2012, seseorang bernama Andreas Diantoro bergabung dengan Microsoft Indonesia. Pucuk pimpinan sebagai presiden direktur dipegangnya setelah malang melintang selama belasan tahun di dunia teknologi informasi. Siapa sangka jika pada saat masih menjadi mahasiswa dulu Andreas pernah bekerja sebagai tukang angkut sampah di negeri orang.

Kesuksesan tak datang begitu saja. Andreas mengawali karier dari bawah, meniti jalan hidup yang mengantarkannya dari gang-gang kawasan Malioboro hingga ke kampus di Amerika, lalu melanglang buana ke banyak negara di seluruh dunia.

“Waktu kecil saya sering diajak kulakan ke Jakarta, cari barang naik kereta ke pasar pagi. Di sinilah visi bisnis saya terbentuk,” kata Andreas seperti dilansir dari Kompascom, Kamis (8/1/2015).

Ia berkisah, dirinya pernah melakukan berbagai pekerjaan, mulai dari bekerja sebagai pengangkut sampah hingga jadi pelipat seprai di rumah sakit.

Andreas lahir pada 12 September 1968, dari pasangan orangtua yang sama-sama atlet basket. Dalam sebuah Pekan Olahraga Nasional, sejoli Diantoro (ayah Andreas) dan Juliana (ibu Andreas) pertama kali berjumpa. Ketika itu, Diantoro merupakan atlet yang mewakili provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sementara Juliana membawa nama Jawa Tengah.

Pertemuan keduanya kemudian membuahkan rasa cinta yang berujung pada buah hati mereka: Andreas Diantoro. Melihat latar kedua orangtuanya, wajar bilamana kemudian tumbuh rasa suka yang mendalam terhadap basket di dalam diri Andreas. Saking cintanya, Andreas kecil bercita-cita menjadi atlet basket profesional. Pada masa-masa awal sekolah, dia rutin bermain basket, tujuh hari dalam seminggu.

“Prioritas saya dulu yang  pertama basket, kedua basket, lalu ketiga juga basket. Belajar itu nomor sekian,” kata Andreas menerangkan kesukaannya.

Namun, hobi yang menjadi obsesi ini mendapat pertentangan. Datangnya tak lain dari ayah yang khawatir anaknya tak bisa memperoleh penghidupan dengan cara demikian. Menurut Andreas,  pada masa itu, hidup sebagai olahragawan memang sulit. Orangtuanya pun menggantungkan nasib pada usaha toko alat-alat kantor.

Maka dari itu, begitu mulai bersekolah di SMA Bopkri 1 Yogyakarta, Andreas dengan berat hati mengikuti anjuran sang ayah. Dia membatasi kegiatan basket dan menghabiskan lebih banyak waktu menyimak pelajaran. Harapannya, dia bisa lulus ujian akhir Ebtanas dan mengikuti Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Kendati terpaksa mengorbankan basket, Andreas sempat memetik sejumlah pelajaran hidup dari olahraga kesukaannya itu. “Olahraga  penting untuk membangun karakter. Di sana ada teamwork, kita belajar untuk bekerja sama dengan teman, mempelajari sikap, dan  membangun sportivitas. Semuanya hal-hal yang penting sekali untuk  kesuksesan,” kata Andreas. Hingga kini, dia mengaku masih suka bermain basket pada waktu luang.

Selepas SMA, Andreas Diantoro berhasil diterima di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Andreas juga satu angkatan dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Meski demikian, sebelum sempat mendapat gelar sarjana hukum, setelah baru dua tahun berkuliah di UGM, Andreas hijrah ke Negeri Paman Sam untuk pindah jurusan ke bidang pemasaran, di University of Iowa, pada tahun 1987.

Selama melakoni studi di AS, Andreas sibuk mencari pekerjaan paruh waktu untuk menutup biaya hidup. Pada masa inilah Andreas sempat bekerja sebagai pengangkut sampah. Setelah sempat menjadi pengangkut sampah, Andreas kemudian mengambil pekerjaan lain sebagai pelipat selimut rumah sakit. “Hingga kini saya bisa melipat selimut dengan rapi,” katanya sambil tersenyum.

Tawaran pekerjaan full-time datang beberapa waktu sebelum lulus kuliah dari perusahaan software Babbage’s. Perusahaan ini di kemudian hari berevolusi menjadi jaringan ritel permainan video GameStop yang kondang di seantero AS.

Di sinilah persinggungan Andreas dengan dunia TI dimulai. Dia berurusan dengan aneka software pupoler dari masa itu, seperti MS DOS 4.0, Lotus 1-2-3, hingga mesin game PC TurboGrafx dan arcade NeoGeo.

Setelah berkecimpung di dunia TI selama 15 tahun, akhirnya Chief Operating Office Microsoft Indonesia, Jami Harest, merekrut Andreas jadi Presdir Microsoft yang baru, menggantikan Sutanto Hartono. Andreas pun resmi jadi Presdir Microsoft pada tanggal 15 Februari 2012 lalu. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

5 Makanan Penawar Racun Tubuh

5 Tips Traveling Dengan Bus