Ketika SD, kita pernah belajar tentang peribahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yg tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Arti lainnya adalah ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
Rasa sungkan untuk mengutarakan sesuatu secara gamblang bagi masyarakat Indonesia seringkali diakali dengan penggunaan peribahasa. Ada banyak peribahasa dalam bahasa Indonesia, namun ada 10 peribahasa yang cukup sering digunakan dan populer. Berikut kesepuluh peribahasanya, dilansir dari Koran-Sindocom, Senin (8/6/2015).
1. Tong Kosong Nyaring Bunyinya
Bak sebuah tong tanpa air, jika dipukul akan kencang suaranya. Berbeda dengan tong yang terisi air, jika dipukul maka suaranya tidak begitu nyaring. Hal ini diumpamakan bagi seseorang yang banyak berbicara tapi ternyata miskin ilmu. Peribahasa ini bisa dijadikan sebuah sindiran kecil bagi seseorang.
2. Besar Pasak Daripada Tiang
Besar pasak dari pada tiang memiliki makna orang yang tidak mampu mengontrol keuangan. Dengan kata lain, lebih banyak pengeluaran dari pada pemasukan. Peribahasa ini memang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari terkait kondisi finansial seseorang.
3. Ada Udang di Balik Batu
Peribahasa ini bisa diartikan seseorang yang melakukan sesuatu tapi memiliki niat terselubung. Biasanya peribahasa ini bermakna negatif, seperti misalnya mengharapkan imbalan jika menolong seseorang. Peribahasa ini sekaligus mengajarkan kita untuk membantu seseorang dengan ikhlas.
4. Jauh di Mata Dekat di Hati
Peribahasa ini bisa diartikan walau jarak dan waktu memisahkan, tapi tetap merasa dekat karena selalu ada dalam pikiran dan hati yang saling terpaut. Saking terkenalnya peribahasa ini, banyak musisi yang membuat lagu dengan memasukan peribahasa ini ke dalam lirik lagu ciptaan mereka.
5. Sepandai-pandainya Tupai Melompat, Sekali Waktu Jatuh Juga
Peribahasa ini diartikan di dunia ini tidak ada yang sempurna dan manusia tidak luput dari kesalahan. Peribahasa ini adalah sebuah ungkapan merendah bahwa manusia memang terkadang suka melakukan kesalahan. Tidak terlepas siapapun dia, status sosialnya, kaya atau miskin pastilah pernah melakukan kesalahan.
6. Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga
Peribahasa ini bisa diartikan sebagai satu kesalahan kecil namun berdampak sangat luas bahkan hingga dapat merusak keseluruhan. Ungkapan ini sebenarnya dapat mengajarkan kita untuk lebih hati-hati, lebih teliti, dan lebih detail dalam melihat sesuatu sehingga tidak ada satu kesalahan kecil yang akan merusak semuanya.
7. Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing
Pada dasarnya, berat sama dipikul ringan sama dijinjing dapat diartikan bahwa dalam situasi sedih atau senang, semua harus ditanggung bersama. Peribahasa ini juga bisa dikaitkan dengan teamwork atau kerjasama tim.
8. Bagai Pungguk Merindukan Bulan
Peribahasa ini artinya adalah mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi. Biasanya, peribahasa ini digunakan dalam kasus percintaan, misalnya seperti seseorang yang cintanya bertepuk sebelah tangan.
9. Bagaikan Burung dalam Sangkar
Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang hidupnya penuh dengan aturan, merasa terkekang dan tidak memiliki kebebasan. Peribahasa ini menjadi sebuah penggambaran bagi sebagian orang yang merasa hidupnya tidak punya kebebasan akan dirinya sendiri.
10. Berakit-rakit ke Hulu, Berenang-renang ke Tepian
Biasanya peribahasa ini akan dilanjutkan dengan kalimat “beraskit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Dari peribahasa ini dapat diartikan bahwa untuk mencapai suatu kesuksesan seseorang harus mau bekerja keras. Tak bisa seseorang hanya mengandalkan cara instan untuk meraih suatu kesuksesan. Semua butuh proses belajar dan berjuang. (tom)