Bocah Blasteran Belanda Tukang Kemplang di Sumatera Jadi Berita

Hutomo Dwi

Baru-baru ini jagat Facebook diramaikan dengan dua orang bocah blasteran Belanda yang rela menjadi tukang kemplang demi bisa membantu orangtuanya dan meneruskan sekolahnya. Siapa mereka?

Mereka adalah dua bocah kakak beradik, Yanti (15) dan Samsul atau biasa dipanggil Al (12). Mungkin sebagian sudah banyak yang tahu dengan Samsul karena sering mengukur jalan sambil memanggul karung mencari barang bekas mulai lepas maghrib hingga malam. Lain dengan kakaknya Yanti yang hanya di rumah ikut membantu sang ibu memanggang kemplang.

Yanti dan Samsul di rumah (Facebook)
Yanti dan Samsul di rumah (Facebook)

Menurut kisah Didi Jumadi Jamsar alias Bank Dijee dalam akun Facebooknya, mereka berdua tinggal di Desa Saung Naga, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Kisahnya ini diunggah hari Kamis kemarin pada pukul 10.00 WIB. Dalam waktu 3 jam, unggahan itu mendapat 44 komentar dan disukai 52 orang.

“Berdarah Belanda Yanti dan Al Tinggal Di Rumah Bak Kapal Pecah”, begitulah Didi menulis judul kisah kehidupan dua bocah blasteran tersebut. Kisah kedua bocah blasteran Belanda diunggah Didi langsung disambut simpati para warga dunia maya. Menurut dia, darah Belanda didapat dari nenek mereka.

Yanti mengurus kemplang (Facebook)
Yanti mengurus kemplang (Facebook)

“Yanti dan Al baru sj diajak membeli semua keperluan sekolahnya mulai dari seragam sekolah, buku tulis, kaos kaki dan lain2nya. Semoga saja apa yg telah diterimanya bermanfaat bagi pendidikanya ke depan dan keduanya bisa ganti baju dan kaos kaki setiap harinya,” tulis Didi di akun FB-nya.

Meskipun kemiskinan melanda mereka, penampilan kedua bocah itu masih tetap cantik dan tampan. Akhlak mereka yang menyayangi orangtuanyalah yang lebih membuat mereka cantik dan tampan. Di usia dini, mereka tidak larut dalam gaya hidup anak-anak SMP dan SMA kebanyakan yang penuh kemanjaan pada orangtua.

Yanti membantu ibunya memanggang kemplang (Facebook)
Yanti membantu ibunya memanggang kemplang (Facebook)

Komentar pun mengalir dari para pengguna Facebook terkait kisah yang dituliskan Didi tersebut. “PT PT besar mana PT Besar, Aktifis mana aktifis aktifis,, goyangkan DPRD dengan aksi kemanusiaan seperti ini jauh lebih baik, setidaknya sudah ada yang mewakili profesi jurnalis kan of Didi Jumadi Jamsar yang telah berbuat dan alhamdulilah membuahkan hasil of Didi Jumadi Jamsar yang telah berbuat dan alhamdulilah membuahkan hasil… ingin dengar suara teriakan Hidup Mahasiswa !!! Enyahkan kemiskinan di OKU ini !!! Kami menuntut Pemerintahan yang Bersih, Pemerintahan yang bebas KORUPSI !!! Tapi sayangnya hanya saya dengar 5 tahun sekali saja suara teriakan itu… BTW terimakasih kando Haji didi,” komentar akun bernama Redo Saputra.

Tks infonya dan keikhlasan utk ekspose sdr2 kt yg butuh bantuan om haji..Insya Allah akan ditindaklanjuti baik pribadi maupun kelembagaan,” tulis akun lain bernama Yulius Faisol.

Mohon maaf sebelumnya karena nggak pernah komen….. Kami mengenal mereka semenjak ayuk nya ddk d bangku smp hingga skrg sma muhamadiyah dan adik nya skrg sdh smp yg hampir setiap malam ada d dpn indomart ktr pos……kami peduli dan insyaallah memberi bantuan bahkan pernah mau ajak tinggal d rmh kami tp mereka menolak…” komentar lainnya dari akun Chandra Ali Agus.

Saran utk membantu saudara kita tsb akan lebih bagus jika kita membantu membuatkan usaha supy bisa mandiri. Misalnya kolam ikan patin atau gabus…hasilnya bisa dijual ke rumah makan pindang atau tempat pembuatan mpek mpek. Mari peduli dengan sesama, insya Allah Tuhan akan memudahkan usaha kita. Amin,” tulis Mulyadi Prataman. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.