Menguak Misteri El Dorado, Kota Emas yang Legendaris

Hutomo Dwi

Keinginan untuk memiliki emas telah ada dalam hidup di berbagai era, dimiliki oleh segala ras dan kebangsaan. Jika sudah memiliki sebagian, selalu ada hasrat untuk memiliki lebih. Berabad-abad lamanya, hasrat ini menimbulkan kisah sebuah kota dari emas bernama El Dorado.

El Dorado konon adalah sebuah kota kaya raya yang terbuat dari emas, bahkan tubuh rajanya diselimuti serbuk emas.

Ilustrasi El Dorado (Ceritadunia)
Ilustrasi El Dorado (Ceritadunia)

 

El Dorado sebenarnya bukanlah nama tempat, melainkan sebutan untuk pemimpin atau penguasa. Salah satu dasarnya adalah mitos asli bangsa Amerika Selatan yang menyebut  El Dorado sejatinya bukan lokasi melainkan seorang penguasa yang saking kayanya menutup dirinya dengan emas, dari kepala hingga ujung kaki setiap pagi, dan mencucinya di danau suci tiap malam. Kisah nyata tersebut perlahan dikuak satu-persatu, mengkombinasikan teks kuno dan riset arkeologi terbaru.

“Inti kisah ini adalah ritus upacara yang dilakukan masyarakat  Muisca yang tinggal di kawasan Kolombia Tengah pada tahun 800 Masehi,” kata Dr Jago Cooper, kurator Amerika di British Museum, seperti dikutip dari BBC, Rabu (8/6/2016).

Kisah ini lalu ditulis ulang oleh orang Spanyol di awal abad ke-16, Juan Rodriguez Freyle. Dalam tulisannya, “The Conquest and Discovery of the New Kingdom of Granada” yang terbit tahun 1939,  Freyle menceritakan, saat pemimpin Muisca meninggal, dipilihlah penggantinya, yang biasanya kemenakan lelaki mendiang.

Melalui proses inisiasi yang panjang, upacara pelantikan berakhir di sebuah danau suci. Belakangan diketahui, danau itu adalah Danau Guatavita, di Bogota, Kolombia.

Pewaris itu lalu ditelanjangi, tubuhnya ditutupi dengan lumpur dan emas bubuk.  “Lalu warga melempar persembahan untuk para dewa, berupa benda berharga seperti emas, zamrud, dan benda berharga lain ke danau.”

Penguasa El Dorado (BBC)
Penguasa El Dorado (BBC)

Kisah ini diperkuat temuan arkeolog yang mengungkapkan keterampilan luar biasa dan skala produksi emas di Kolombia pada saat kedatangan bangsa Eropa pada 1537. Namun, dalam masyarakat Muisca, emas, perak, dan tembaga dicari, bukan karena nilai materinya, tetapi lebih untuk alasan relijius. Emas bukan pertanda kemakmuran.

“Untuk rakyat Muisca hari ini, seperti halnya bagi leluhur kami, emas tidak lebih dari sekadar persembahan. Emas tidak mewakili simbol kekayaan bagi kami,” kata keturunan Muisca, Enrique Gonzalez.

Menurut arkeolog Roberto Lleras Perez, kebiasaan orang Muisca tergolong unik. “Tidak ada masyarakat lain, sejauh yang saya tahu, mendedikasikan lebih dari 50% produksi emas mereka hanya untuk persembahan. Mereka unik,” kata dia.

Sikap itu berbeda dengan rakyat Eropa yang melihat emas sebagai simbol kekayaan, juga kekuasaan. Pikiran Eropa yang mendengar cerita itu hanya terpesona pada betapa banyak emas yang dilemparkan ke danau atau dikubur di tempat suci di seluruh Kolombia. Bukan pada maknanya.

Pada 1537, cerita tentang El Dorado menarik penakluk Spanyol, Jimenez de Quesada dan 800 anak buahnya untuk melakukan misi, menemukan rute darat ke Peru lalu ke kampung halaman Muisca.

Jimenez de Quesada (Britannica)
Jimenez de Quesada (Britannica)

Banyak anggotanya yang tewas, namun mereka menemukan keberadaan emas. Yang mengejutkan, bangsa Muisca menggunakan teknik yang melampaui apa yang pernah dilihat mata Eropa. Misi itu dilanjutkan saudaranya, Hernan Perez de Quesada, yang mengeringkan Danau Guatavita dengan ember pada tahun 1545 dan menemukan emas seberat 18 kg dari sana. Walaupun telah mendapatkan ratusan emas dari danau itu sendiri, mereka tetap tidak bisa mengambil semuanya karena mereka tidak dapat meraih terlalu rendah.

Pembujuk dari Inggris, Sir Walter Raleigh, menjalankan dua perjalanan ke Guyana untuk mencari El Dorado. Saat perjalanan yang kedua pada 1617, ia mengutus anaknya, Watt Raleigh, dengan ekspedisi ke Sungai Orinoco. Tetapi, Sir Walter Raleigh yang sudah tua tidak mengikuti anaknya dan tinggal di pangkalan mereka di Pulau Trinidad.

Sir Walter Raleigh (Biography)
Sir Walter Raleigh (Biography)

Ekspedisi ini berubah menjadi malapetaka dan Watt Raleigh terbunuh saat memerangi orang Spanyol. Eric Klingelhofer, arkeolog Mercer University, Georgia, mengatakan bahwa Sir Walter Raleigh geram pada informan yang selamat yang memberitakan kematian anaknya dan menuduh informan tersebut telah membiarkan anaknya dibunuh. Si informan kemudian masuk ke kabinnya di kapal lalu bunuh diri. Raleigh kembali ke Inggris, di mana Raja James memerintahkan pemenggalan kepalanya karena melanggar perintah untuk menghindari konflik dengan Spanyol.

Pencarian terus dilakukan, bahkan pada 1970-an, jumlah emas yang ditemukan para penjarah kala itu di wilayah Amerika Selatan, mampu membuat pasar emas dunia kocar-kacir.

Kebanyakan emas jarahan itu, sejak Columbus, telah dilebur. Petunjuk keagungan budaya kuno telah hilang selamanya. Untungnya, masih ada peninggalan yang berhasil diselamatkan, yang kini disimpan di Museo del Oro di Bogota dan British Museum di London.

Lalu, apakah kota emas El Dorado itu benar-benar ada? Mungkin ada, atau mungkin saja tidak. Keberadaan El Dorado ini bagaikan Atlantis, yang masih dipertanyakan keberadaannya. “Legenda El Dorado bertahan hanya karena kau menginginkannya menjadi nyata”, kata Jose Oliver, dosen di Institusi Arkeologi di University College London. “Menurut saya, kita tidak akan pernah berhenti mencari El Dorado,” tutupnya. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.