Sebagai seorang muslim, kita mempercayai adanya Nabi dan Rasul utusan Allah SWT. Salah satu kisah Nabi yang menarik adalah kisah Nabi Idris AS. Menurut Sami Abdullah Al-Maghluts, Idris diutus kepada kaum dari Nabi Syits AS atau keturunan Qabil, putra Nabi Adam AS, di wilayah Irak kuno. Dalam buku “Nabi-nabi dalam Alquran” karya Afif Abdul Fatah yang mengutip sejumlah keterangan ulama menyebutkan, Nabi Idris dilahirkan di Munaf (Memphis), Mesir, kemudian berdakwah menyiarkan agama Allah hingga wilayah Irak kuno. Sebagian berpendapat Nabi Idris dilahirkan dan dibesarkan di Babilonia.
Al-Maghluts menyebutkan, Nabi Idris hidup sekitar tahun 4533-4188 SM. Usianya diperkirakan sekitar 345 tahun, ada pula yang menyebutkan usianya 308 tahun. Hal ini juga disebutkan oleh Ibn Katsir dalam Qishash al-Anbiyaâ?? yang mengutip keterangan dari Ibn Ishaq.
Nabi Idris AS adalah keturunan keenam dari Nabi Adam AS, putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam AS. Nabi Idris adalah keturunan pertama yang dikaruniai kenabian setelah Nabi Adam AS dan Nabi Syith AS.
Dilansir jadiBerita dari berbagai sumber, Nabi Idris AS diakui oleh banyak ulama dan ahli tafsir, sebagai seorang nabi yang memiliki banyak keistimewaan, diantaranya kemampuannya dalam menulis, menggambar, menjahit, menguasai ilmu perbintangan (astronomi). Karena keistimewaan itu, Nabi Idris disebut sebagai penulis pertama di dunia. Bahkan ada yang menyebutkan Nabi Idris merupakan orang yang pertama kali bisa membaca dan menulis.
Dalam buku berjudul “Kitab Peninggalan-peninggalan Bersejarah Para Nabi” karya Abdul Syukur al-Azizi disebutkan, Nabi Idris AS adalah penemu tulisan pertama dalam sejarah peradaban umat manusia. Pernyataan ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwiyatkan Muslim dari Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami, yakni: “Dahulu, ada seorang nabi yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barang siapa sejalan dengan tulisannya, demikian itulah (tulisannya)”.
Dalam kitab “Tarikh al-Hukama” disebutkan bahwa Nabi Idris bernama Hurmus Al-Haramisah. Namanya berasal dari bahasa Yunani, Armia. Kemudian diistilahkan menjadi bahasa Arab Hurmus. Dinamakan Hurmus karena Nabi Idris ahli dalam ilmu perbintangan. Dalam Alquran, namanya disebut Idris karena Allah memuliakannya sebagai utusan-Nya yang memiliki kepandaian dalam bidang ilmu pengetahuan dan rajin belajar (daras). Allah memberikannya 30 mushaf (shuhuf) sebagai bekal untuk diajarkan kepada kaumnya.
Pada masa Nabi Idris, manusia sudah berbicara dalam 72 bahasa. Saat ia berdakwah kepada kaumnya, Nabi Idris sudah menggambar pembangunan kota-kota sehingga kota yang berhasil dibangunnya berjumlah 188 kota. dan Nabi Idris pula yang membagi wilayah bumi menjadi empat bagian dan menetapkan setiap bagiannya seorang raja. Nama-nama raja itu adalah Elaus, Zous, Esqlebeos, dan Zous Amon.
Ibn Ishaq menerangkan, Nabi Idris juga manusia pertama yang menulis dengan pena. Apa yang ditorehkan Nabi Idris dengan julukannya sebagai manusia pertama yang menulis dengan pena membuktikan bahwa peradaban bangsa lalu jauh lebih modern dan maju dibandingkan penemua pena (pulpen) yang ada sekarang ini.
Para ilmuwan pernah menemukan beberapa potongan naskah kuno yang diklaim terkait dengan Nabi Idris AS. Oleh para sejarawan, naskah kuno itu disebut “Kitab Henokh”. Salah satu cerita dalam kitab itu berisi tentang peradaban tertua di bumi Lemuria, Atlantis yang hilang ditelan bumi, dan ada pula prediksi tentang banjir besar yang akan terjadi di bumi.
Keterkaitan bangsa Sumeria dengan Nabi Idris AS semakin terlihat ketika beberapa penelitian membuktikan bangsa Sumeria telah mempelajari ilmu perbintangan untuk mengetahui masa bercocok tanam yang baik. Misalnya, rasi bintang Taurus yang dipercaya sebagai masa awal musim semi dan cocok untuk menanam. Sedangkan, rasi bintang Virgo dipergunakan sebagai waktu yang tepat untuk panen.
Nabi Idris yang haus akan ilmu pengetahuan sehari-hari memang disibukkan oleh berbagai kepentingan, namun ia tetap selalu ingat kepada Allah SWT. Dengan berbekal pengetahuan yang mencapai kelengkapan, dengan kekuatan dan kehebatan yang mumpuni, Nabi Idris menjadi gagah berani tak takut mati, tak gentar kepada siapa saja, terutama dalam menyadarkan keturunan Qabil-Iqlima yang saat itu penuh dengan kesesatan. Dapat dipahami jika ia mendapat gelar kehormatan Asadul Usud alias â??Singa di atas segala singaâ? dari Allah SWT.
Kepada kaumnya, Nabi Idris diperintahkan memberantas kebiasaan melakukan kenistaan. Nabi Idris ditugaskan untuk membenahi pekerti rendah, zalim terhadap sesama, suka permusuhan, serta suka berbuat kerusakan. Kepada keturunan Qabil, Nabi Idris menandaskan, iman kepada Allah bisa memberikan keberuntungan.
Selain itu, Idris juga selalu menyatakan beberapa pesan kebajikan, yaitu pertama, salat mayit lebih sebagai penghormatan, karena pemberi syafaat hanya Tuhan sesuai ukuran amal kebajikan. Kedua, besarnya rasa syukur yang diucapkan, tetap tidak akan mampu mengalahkan besarnya nikmat Tuhan yang diberikan. Ketiga, sambutlah seruan Tuhan secara ikhlas, untuk salat, puasa, maupun menaati semua perintah-Nya. Keempat, hindari hasad alias dengki kepada sasama yang mendapat rezki, karena hakikat jumlahnya tidak seberapa. Kelima, menumpuk numpuk harta tidak ada manfaat bagi dirinya. Keenam, kehidupan handaknya diisi hikmah kebijakan. (tom/rei)