Don't be Captious

Cuma Pakai Ampas Kopi, Pemuda Bandung Ini Ciptakan Karya yang Mendunia

Hutomo Dwi
Hutomo Dwi
Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Ampas kopi yang berada di dasar gelas biasanya kita tinggalkan begitu saja setelah meneguk habis kopi yang kita minum. Hal tersebut tak berlaku bagi seorang Ghidaq Al-Nizar, seniman ampas kopi yang memberi nama hasil karyanya dengan tagar #zerowastecoffee.

Mengapa #zerowastecoffee? #zerowastecoffee berarti kopi tanpa sisa. Hal tersebut dikarenakan ia menggunakan ampas kopi yang tersisa dari kopi yang ia minum.

Uniknya lagi media yang ia gunakan untuk berkarya bukan di kanvas melainkan peralatan di sekeliling kita sehari-hari yang berkaitan dengan kopi seperti gelas, piring, dan satu lagi yaitu daun yang telah kering. Semua hasil karya uniknya tersebut ia kumpulkan dengan rapi di album foto di akun Instagram miliknya.

https://www.instagram.com/p/BDc5RqFHoy7/?taken-by=coffeetopia

Berkat karya uniknya tersebut ia pun mendapatkan banyak tawaran wawancara dari media internasional seperti My Modern Met, 9Gag, Metro Russia St. Petersburg, Websta_Me, media-media dari Ukraina. Bahkan agen foto seperti Rex Features menawarinya bekerja sama. “Mereka tertarik terhadap daun-daun lukisan kopi saya,” ungkapnya seperti dikutip dari Detikcom, Kamis (15/9/2016).

https://www.instagram.com/p/BFTtlB8no5k/?taken-by=coffeetopia

Tak hanya berkarya ternyata pemuda asal Bandung ini juga turut serta menyalurkan kepeduliannya dengan fauna harimau sumatera pada Global Tiger Day yang jatuh pada tanggal 29 Juli 2015 lalu.

Ada tiga buah karya yang ia buat. Karya pertamanya yang berjudul â??Paws with No Clawsâ? (Lengan Tanpa Cakar), karya keduanya berjudul â??No Place to Goâ? (Tidak Ada Tempat untuk Dituju), dan karya ketiganya berjudul “Tigris the Last Tiger” (Tigris Sang Harimau Terakhir).

â??Karya ini saya interpretasikan dari keadaan harimau yang “tidak memiliki cakar” untuk melindungi diri, karena secara implisit cakarnya telah dimiliki oleh manusia yang memburu, memperdagangkan serta merusak habitat harimau,â? katanya menjelaskan karya pertamanya.

https://www.instagram.com/p/5w1K9EHo5d/

â??Harimau semakin terdesak. Rumahnya telah dirusak oleh manusia, padahal hutan tidak hanya penting bagi habitat harimau, tetapi juga penting bagi kita. Ketika kita menyelamatkan hutan, hutan juga memberikan kehidupan bagi kita melalui pasokan air dan melindungi tanah dari erosi,â? lanjutnya tentang karya keduanya.

https://www.instagram.com/p/6FUmexHo3h/

â??Saya memberikan cap sidik jari pada loreng harimau karena loreng harimau itu identik, sama seperti sidik jari manusia. Cap sidik jari saya ini juga merupakan lambang dari keselerasan yang dapat kita bagikan kepada dunia dengan menjaga hutan demi kelestarian harimau,â? katanya mengenai karya ketiganya, yang bisa dibilang cukup unik.

https://www.instagram.com/p/6UxaudHo0Y/

Ghidaq memiliki penafsiran tersendiri perihal kopi. Menurutnya kopi adalah sebuah perayaan. “Saya percaya setiap orang merayakan diri mereka dengan cara yang tidak sama. Saya merayakan diri saya dengan dan melalui kopi,” tutupnya. (tom)

Latest article