Nama dari seorang Johannes Leimena mungkin tidak seterkenal Soedirman, Hatta, atau bahkan R.A Kartini. Meski demikian, perjuangan yang dilakukan oleh pemuda asli Maluku ini perlu diapresiasi dan terus dikenang oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Johannes Leimena, telah melakukan banyak hal mulai dari Belanda berkuasa, Jepang merebut, dan kedatangan sekutu untuk merebut Indonesia pasca kekosongan kekuasaan.
Dalam sejarahnya, Johannes Leimena dikenal sangat dekat dengan pemuda. Beliau juga dikenal pandai karena merupakan seorang dokter yang mendedikasikan hidupnya untuk Indonesia. Berikut uraian singkat tentang Johannes Leimena, si pemuda dari timur yang prestasinya luar biasa, seperti dilansir dari berbagai sumber.
Lahir di Ambon pada tahun 1905, Johannes Leimena menjalani masa mudanya dengan banyak belajar dan sekolah. Saat berusia 9 tahun, beliau meninggalkan kampung halamannya di Ambon untuk hijrah ke Jakarta dan melanjutkan sekolah ke ELS meski hanya beberapa bulan saja. Setelah keluar dari ELS, Johannes Leimena melanjutkan sekolah ke PSKD, MULO, dan akhirnya ke STOVIA hingga menjadi seorang dokter.
Semasa menjadi mahasiswa di Surabaya, Johannes Leimena mulai aktif dalam banyak kegiatan. Beliau juga mendorong umat Kristen di masa itu untuk ikut berjuang dalam membangun NKRI. Pada tahun 1928, Johannes Leimena yang saat itu aktif dengan Jong Ambon mulai mempersiapkan Kongres Pemuda I yang akhirnya menghasilkan Sumpah Pemuda.
Johannes Leimena lulus pada tahun 1930 dari studinya di STOVIA. Sejak saat itu dia mulai bekerja sebagai dokter pemerintah di CBZ Batavia. Tidak berselang lama sejak bekerja di Batavia, beliau langsung dipindahtugaskan ke kawasan Kedu karena di sana butuh banyak dokter pasca Gunung Merapi meletus pada tahun 1931.
Saat Jepang menguasai Indonesia, Johannes Leimena sempat ditangkap dan disiksa dengan keji. Beruntunglah saat itu ada Komandan Jepang yang sakit sehingga jasa dokter bumiputra seperti Johannes Leimena sangat dibutuhkan. Sejak saat itu, Jepang tidak menyiksa beliau lagi hingga akhirnya sekutu menyudahi Perang Dunia II.
Pasca kekalahan Jepang di PD II, Johannes Leimena terus mendedikasikan dirinya untuk dunia kesehatan. Dia menjadi kepala rumah sakit, Menteri Kesehatan, hingga mencanangkan pembangunan Puskesmas di seluruh wilayah Indonesia.
Kehebatan Johannes Leimena dalam dunia kesehatan ternyata membuat para petinggi negeri tertarik. Terbukti sejak tahun 1946 hingga 1966, beliau pernah menjabat setidaknya 15 jabatan menteri. Bahkan pada Kabinet Kerja III dan IV di tahun 1963-1966, beliau menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri yang ikut membangun negeri ini secara perlahan-lahan.
Johannes Leimena adalah salah satu orang paling dipercaya oleh Bung Karno. Hal ini ditunjukkan dengan pengangkatannya selama 20 tahun lebih untuk membangun negeri ini. Tanpa jasa Johannes Leimena, dunia kesehatan di Indonesia akan terus terpuruk sehingga mengganggu perkembangan bangsa Indonesia secara menyeluruh.
Selepas Jepang angkat kaki dari Indonesia pasca kekalahannya di PD II, Belanda mulai memasuki lagi negeri ini. Bangsa Indonesia yang sudah merasa memiliki kemerdekaan tidak terima dan akhirnya terjadi banyak sekali perlawanan. Agresi Militer Belanda pun akhirnya tumpah dan membuat banyak sekali korban berjatuhan dalam usaha mempertahankan kemerdekaan.
Pada tahap ini, delegasi Indonesia mulai melakukan perundingan di Konferensi Meja Bundar alias KMB yang sangat termasyhur itu. Pada KMB ini Johannes Leimena ditunjuk oleh Bung Hatta sebagai Delegasi Militer RI. Beliau bertugas untuk melakukan lobi-lobi diplomatik dengan Kerajaan Belanda yang kala itu tetap bersikeras merebut negara koloninya Namun, dengan usaha yang kuat, satu per satu negara di dunia mengakui Indonesia secara de jure berkat kerja keras seluruh rakyatnya, termasuk Johannes Leimena.
Dari kisah Johannes Leimena yang tersaji di atas kita bisa mengambil beberapa pelajaran. Pertama, perjuangan keras akan memberikan hasil yang maksimal. Kedua, kepercayaan dan kerja sama yang dijalin dengan sempurna membawa perubahan baik bagi negeri ini. Johannes Leimena boleh jadi pemuda Ambon dan beragama minoritas, namun semangatnya untuk negeri ini tak mudah dikalahkan. (tom)