Saat musim hujan seperti sekarang ini, tentu payung wajib dibawa jika bepergian ke luar rumah. Payung kini menjadi barang yang dibutuhkan oleh semua orang. Yang semula hanya difungsikan untuk melindungi tubuh saat hujan, sekarang payung juga bertambah fungsinya untuk melindungi seseorang dari sengatan sinar matahari, untuk kegiatan keagamaan tertentu, untuk sekedar gaya, dan lain-lain. Namun jika ditanya mengenai sejarah penciptaan payung, apakah kamu bisa menjawabnya? Berikut ini adalah sejarah penciptaan payung, seperti dilansir dari Umbrellahistory, Rabu (19/10/2016).
Payung dianggap muncul sejak 3 ribu tahun lalu, yaitu pada masa Mesir kuno. Saat itu, payung difungsikan untuk melindungi para bangsawan dari sinar mataharri agar kulit mereka tetap tampak cerah. Namun pada saat itu mereka belum membuat payung yang dapat melindungi tubuh mereka dari hujan. Sampai kemudian pada abad ke-11 sebelum masehi, China menciptakan produk payung yang terbuat dari bahan kulit. Selain kulit, mereka juga menggunakan kertas dan memanfaatkan lilin dan lak sebagai pelapis kertas agar payung tersebut anti air. Namun payung itu dipatok dengan harga tinggi dan hanya digunakan oleh kaum bangsawan.
Sayangnya payung buatan China tersebut tidak diperdagangkan pada bangsa Eropa saat jalur perdagangan dunia melintasi negaranya. Akhirnya Mesir lah yang mulai menawarkan payung untuk perlindungan dari sinar matahari milik mereka pada para pedagang Yunani dan Roma, di mana penggunanya adalah para wanita bangsawan.
Waktu itu para pria Eropa menilai payung layaknya barang yang identik dengan para wanita sehingga mereka memilih menggunakan jas dan topi untuk melindungi diri mereka saat hujan maupun panas daripada derajat mereka turun karena menggunakan payung.
Namun ketika kejayaan kerajaan Romawi mulai runtuh dan menimbulkan kemiskinan di mana-mana, payung sudah tak lagi digunakan di Eropa kurang lebih 1.000 tahun lamanya. Dan setelah masa Renaissance di Italia, Prancis, dan Inggris dan akhirnya payung kembali eksis digunakan sebagai salah satu tambahan untuk tren busana para wanita.
Payung-payung yang populer di Eropa pada mulanya terbuat dari kayu atau tulang ikan paus yang ditutup kain kanvas yang diberi minyak. Agar lebih manis, pembuatnya memberi sentuhan seni dengan menggambarkan bentuk yang berwarna-warni serta gagang yang melengkung dari kayu keras, yaitu kayu eboni. Tetapi di tahun 1852, Samuel Fox berhasil menemukan rangka besi guna menyangga kain payung. Sejak saat itulah rangka besi dipakai sebagai penyangga kain payung.
Status payung sebagai barang khusus wanita berkembang sampai abad ke-18 sebelum Jonas Hanway, pria berkebangsaan Inggris mencoba membawa payung dengan bentuk lebih maskulin di setiap kesempatan, guna menunjukkan bahwa barang ini tidak hanya untuk wanita saja.
Tiga abad kemudian barulah masyarakat Inggris mulai bisa menerima bahwa payung dapat digunakan oleh semua orang, baik pria dan wanita. Orang-orang juga tidak hanya menggunakan payung untuk melindungi diri dari panas dan hujan tetapi juga sebagai pelengkap gaya mereka saat harus melakukan perjalanan. Tren itulah yang akhirnya berkembang di seluruh wilayah Eropa sampai akhirnya para pengusaha berusaha mengembangkan berbagai desain payung termasuk yang sekarang kita gunakan. (tom)