Menelusuri Jejak Alat Transportasi Trem yang Pernah Ada di Jakarta

Hutomo Dwi

Jakarta yang sudah berkembang sejak masa kolonialisme Belanda, dibangun bak kota-kota di Eropa. Tidak hanya bangunannya, tapi juga moda transportasinya. Seperti halnya kereta api, di Jakarta yang dulu bernama Batavia, juga turut diramaikan moda transportasi trem. Alat transportasi ini eksis bersamaan dengan transportasi kereta api, yaitu pada tahun 1896.

Moda kereta api sempat dipegang dua maskapai kereta swasta Belanda, Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (BOS), tapi kemudian diambil alih maskapai kereta pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS).

Sementara angkutan trem dioperasikan langsung oleh Pemerintah Kota Batavia. Jalur pertama trem yang dibuat adalah jalur dengan rute Pasar Ikan (Penjaringan, Jakarta Utara) sampai Kampung Melayu.

Trem di Jakarta (Berdikari Online)

â??Transportasi ini bedanya selain bentuk, tapi juga relnya. Kereta di Batavia lebar relnya 1.067 milimeter (mm), sedangkan jalur trem lebih lebar, yakni 1.888 mm,â? ungkap pemerhati sejarah kereta yang juga eks pegawai kontrak PT KAI Divisi Heritage, Adhitya Hatmawan, seperti dikutip dari Okezonecom, Kamis (5/1/2017).

â??Dulu trem bukan punyanya SS, tapi Pemerintah Kota Batavia. Pertama kali ada sekitar tahun 1869, sama dengan kereta. Tapi awalnya trem di Batavia ditarik dengan kuda, makanya disebutnya dulu Trem Kuda. Baru pada 1899 ada trem uap, di mana stasiun pengisian uapnya ada di daerah Kramat, Pasar Senen,â? imbuhnya.

Ongkos trem uap ini variatif sesuai kelasnya. Untuk kelas I, yang biasanya diperuntukkan untuk kaum dan keturunan Eropa, ongkosnya 20 sen. Sedangkan kelas II, yang diperuntukkan bagi keturunan Arab, Tionghoa, dan bangsawan pribumi, ongkosnya 10 sen. Sedangkan kelas III diperuntukkan untuk pribumi biasa. Di kelas III ini, biasanya tak hanya manusia, tetapi juga ada hewan piaraan si penumpang. Maka muncul istilah â??Kelas Kambingâ?.

Jarak tempuh kereta uap juga lebih panjang. Misalnya, rutenya dari Pasar Ikan ke Gajah Mada hingga Harmoni, berlanjut ke Kramat melalui Pasar Baru dan lapangan Banteng, kemudian ke Meester Cornelis (Jatinegara) melewati Salemba dan Matraman.

Trem di Jakarta (Uniqpost)

Trem uap ini sangat bising. Seorang prajurit Belanda pada awal abad ke-20, seperti dikutip sejarahwan Jakarta Alwi Shahab menceritakan, â??dari kejauhan terdengar bunyi lonceng trem uap persis seperti di Belanda.â? Tak hanya itu, kalau musim hujan, kereta uap sering mogok.

Lalu, pada pada 10 April 1899, muncullah trem generasi ketiga, yakni trem listrik. Namun, kehadiran trem listrik tidak serta merta menghapus keberadaan trem uap. Trem uap baru benar-benar berhenti beroperasi pada tahun 1933.

Trem listrik punya cerita tersendiri bagi warga Jakarta. Seiring dengan lonjakan penduduk Jakarta, trem listrik pun selalu penuh. Bahkan, setelah proklamasi kemerdekaan, trem listrik tetap bertahan sebagai transportasi utama di kota Jakarta.

Trem listrik mengoperasikan lima jalur, seperti Menteng â?? Kramat â?? Jakarta Kota. Senen â?? Gunung Sahari. Menteng â?? Merdeka Timur â?? Harmoni. Menteng â?? Tanah Abang â?? Harmoni.

Karena harganya murah, rakyat Jakarta sering berebut naik trem. Tarifnya cuma sepicis alias 10 sen. Namun, berbeda dengan Kereta Rel Listrik (KRL) sekarang ini, trem listrik bisa menjangkau seluruh Jakarta.

Trem jurusan Menteng (Loka-majalah)

Sayang, trem listrik hanya bertahan 27 tahun. Pada tahun 1960, ketika Jakarta dipimpin oleh Walikota bernama Sudiro, trem listrik dihapus. Trem listrik dianggap biang kemacetan, terutama di jalur jalan Gaja Mada. Padahal, terkadang pemicu kemacetan adalah oplet yang mogok.

Saat ini sisa-sisa trem bisa dibilang hampir tidak ada sama sekali. Kalaupun ada, hanya tersisa beberapa meter yang dilestarikan di kawasan Kota Tua Jakarta dengan ditutupi kaca fiber. â??Ya tinggal itu (di Kota Tua) sisa jalur tremnya. Karena sejak 1964, udah enggak boleh ada trem di Jakarta,â? sambungnya lagi.

â??Memang jalur-jalur trem itu enggak dibongkar. Hanya saja kemudian ditutupi dengan adanya pembangunan jalan. Seperti yang ada di Jalan Gadjah Mada dari Harmoni sampai Kota. Itu yang di bawah busway atau jalur TransJakarta, dulunya jalur trem,â? tandasnya. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.