Pasca Perang Dunia II terutama setelah peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki, Jepang melakukan pembangunan yang sangat besar di berbagai bidang, baik di infrastruktur hingga ke pendidikan. Hal ini membuatnya sukses masuk ke dalam jajaran negara maju yang patut diperhitungkan di mata dunia.
Dengan kemajuan teknologi dan bidang lainnya, tak heran banyak negara yang iri dengan kondisi Jepang. Tak terkecuali Indonesia yang kerap menjadikan Jepang sebagai contoh pembangunan. Tetapi sebenarnya Jepang justru iri dengan Indonesia. Inilah 5 hal yang membuat Jepang iri dengan Indonesia, seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.
Bentuk mata
Tidak hanya Jepang, kebanyakan negara Asia Timur merasa iri dengan bentuk mata masyarakat Indonesia. Mereka yang notabene bermata agak kecil, sangat menyukai mata masyarakat Indonesia yang besar dan lebar. Mereka menganggap mata yang besar tersebut terlihat indah. Karena itu tidak sedikit warga Jepang yang melakukan operasi plastik untuk membuat matanya tampak lebih besar.
Gotong royong
Kemajuan teknologi rupanya membuat orang Jepang jadi memiliki sifat individualisme yang tinggi dan cenderung kurang akrab dengan sesamanya. Hal ini berbeda jauh dengan rakyat Indonesia yang masih memiliki jiwa sosial yang tinggi. Tradisi yang disebut dengan gotong royong ini sudah mengakar di Indonesia. Hal seperti inilah yang diinginkan oleh masyarakat Jepang. Mereka menginginkan masyarakatnya saling peduli dan membantu satu sama lain sehingga kerukukan sesamanya pun terjaga.
Hidup berdampingan
Masyarakat Jepang seperti memiliki kewajiban untuk tinggal sendiri secara mandiri ketika sudah memasuki usia dewasa. Hal ini berbeda jauh dengan Indonesia yang masih menganut prinsip kekeluargaan yang amat kuat. Tak jarang jika seorang anak masih hidup dan tinggal bersama orangtuanya ketika sudah dewasa bahkan hingga telah menikah.
Masyarakat Jepang juga iri terhadap hal ini dimana mereka juga ingin merasakan kehangatan bersama keluarga hingga usia dewasa. Mereka juga ingin dapat menghabiskan waktunya bersama keluarga sesering mungkin sama halnya seperti masyarakat Indonesia.
Kasus bully yang rendah
Di Jepang, angka yang menunjukkan kasus bully sangatlah tinggi jumlahnya. Aksi bullying ini tidak jarang melampaui batas wajar sehingga efek yang ditimbulkan pada jiwa korban pun tidak main-main. Dampak bullying ini tidak jarang para korban menjadi stress dan paling parah berakhir dengan bunuh diri.
Hal ini berbanding terbalik dengan di Indonesia. Meskipun belakangan ini marak tersiar kabar tentang kasus bully di berbagai institusi pendidikan, angka jumlah bully di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Bully di Indonesia ini pada umumnya tidak memiliki efek yang terlalu besar kepada korban bully.
Adanya jam istirahat dalam bekerja
Tingginya etos kerja masyarakat Jepang adalah suatu hal yang patut dicontoh oleh orang Indonesia. Para pegawai di Jepang rata-rata sangat disiplin terhadap pekerjaannya dan sangat jarang mengambil jatah cuti tahunan mereka untuk keperluan yang tidak terlalu penting. Tetapi di balik semua itu, ternyata pekerjaan di Jepang sangatlah menyita waktu. Tak jarang pekerjaan-pekerjaan itu dapat mengakibatkan kelelahan yang teramat sangat pada tubuh.
Hal inilah yang membuat masyarakat Jepang membandingkannya dengan jam kerja di Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat jam istirahat bagi para karyawan. Selain itu tekanan di dalam pekerjaan tidak sebesar yang ada di Jepang. Tak heran jika karyawan dan pekerja di Indonesia cenderung lebih santai. (tom)