Orang yang tinggal di daerah gersang, yang dilanda kekeringan tidak lama lagi akan dapat memperoleh air langsung dari sumber yang ada di sekitar mereka. Pasalnya, para ilmuwan telah mengembangkan sebuah kotak ajaib yang dapat mengubah udara dengan tingkat kelembaban rendah menjadi air.
Dengan menggunakan bahan bakar sinar Matahari, alat tersebut mampu memproduksi 2,8 liter air setiap 12 jam. Bahkan, alat tersebut dapat bekerja dalam lingkungan yang hanya memiliki kelembaban sekitar 20 persen.
“Kotak ini mengambil air dari udara dan kotak ini menangkapnya,” ujar Evelyn Wang, seorang insinyur mesin di Massachusetts Institute of Technology (MIT), seperti dikutip dari VOA News, Senin (17/4/2017). “Teknologi ini bisa jadi sangat bermanfaat untuk daerah-daerah terpencil di mana ada keterbatasan dalam infrastruktur,” lanjut Wang.
“Sistem itu yang saat ini masih dalam fase purwarupa atau prototipe, menggunakan bahan yang menyerupai tepung pasir untuk menangkap udara dalam pori-porinya yang kecil. Ketika dipanasi oleh sinar matahari atau sumber lain, molekul-molekut air dalam udara yang terperangkap dirilis dan dikondensasi â??- pada intinya ‘menarik’ air dari udara,” jelas para ilmuwan.
Selain menyelamatkan kehidupan seseorang yang terdampar di gurun, alat pemanen air tersebut dapat menjadi bagian besar dalam kehidupan sehari-hari. Dikutip dari Independent, alat tersebut memungkinkan seseorang memperoleh air tanpa harus terhubung dengan saluran air atau sumur.
“Salah satu visi untuk masa depan adalah memiliki sumber air mandiri, di mana Anda bisa memilikinya di rumah yang berbahan bakar Matahari untuk menyediakan air dan memenuhi kebutuhan rumah tangga,” ujar Yaghi yang merupakan ahli kimia di University of California, Berkeley. “Bagi saya, hal tersebut mungkin saja terjadi karena percobaan ini. Saya menyebutnya air pribadi,” imbuh Yaghi yang juga bekerja sama dengan Evelyn Wang.
Alat yang dideskripsikan di jurnal Science, menggunakan jenis kerangka logam organik atau MOF, yang Yaghi temukan 20 tahun lalu. MOF mengombinasikan logam seperti alumunium atau magnesium dengan molekul organik. Sejak ditemukan, lebih dari 20 ribu jenis MOF yang berbeda telah dibuat, dengan masing-masing memiliki sifat berbeda.
Pemanen yang dihasilkan menggunakan kristal MOF terkompresi antara penyerap sinar Matahari dan plat kondensor. Cara kerjanya adalah, saat udara melewati MOF berpori, molekul air menempel pada bagian dalam alat. Sinar Matahari memanaskan MOF dan mendorong molekul air menuju kondensor, di mana molekul tersebut berubah menjadi cairan.
“Karya ini menawarkan cara baru dalam memanen air dari udara yang tak memiliki kondisi kelembaban relatif tinggi, dan jauh lebih hemat energi dibanding teknologi lain yang sudah ada,” kata Wang.
Prototipe saat ini hanya dapat menyerap sekitar 20 persen berat dalam air. Namun diperkirakan dengan menggunakan jenis MOF lainnya, bisa meningkatkan perolehan air dua kali lipat. Dalam beberapa tahun ke depan, Wang menambahkan, para pengembang berharap untuk menemukan cara mereproduksi alat ini dalam skala besar dan berangsur-angsur memproduksi sebuah produk resmi. Produk yang dihasilkan, menurut keyakinannya, akan cukup terjangkau dan mudah didapat. (tom)