Segitiga Bermuda hingga kini masih menjadi sebuah misteri yang sulit untuk dipecahkan. Daerah yang terletak di antara Miami, Puerto Rico dan Pulau Bermuda itu selama berabad-abad dihubungkan dengan beberapa kasus kecelakaan kapal dan pesawat.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan hilangnya kapal dan pesawat di lokasi itu. Seperti makhluk ekstraterresterial yang menculik manusia untuk dijadikan kelinci percobaan, pengaruh Atlantis yang Hilang (Lost Atlantis), pusaran yang menyedot benda ke dimensi lain, dan hal-hal lainnya.
Setelah bertahun-tahun diteliti, para ilmuwan kini menemukan fakta baru yang bisa jadi sebagai “kunci” besar dari misteri yang menyelimuti Segitiga Bermuda. Peneliti dikabarkan menemukan awan aneh berbentuk segi enam yang ada di atas wilayah tersebut.
Hal itu disampaikan oleh para ahli meteorologi kepada Science Channel. “Biasanya kita tidak melihat awan dengan ujung yang lurus seperti ini. Kebanyakan awan berbentuk tak beraturan,” ujar Dr. Steve Miller dari Colorado State University.
Dilansir dari News.com.au, Selasa (25/10/2016), awan itu juga berhubungan dengan “bom angin” yang memiliki kecepatan 273 km per jam. Dengan kecepatan super cepat, jelas awan itu bisa menjatuhkan segala benda yang berada di sekitarnya.
Awan itu ditemukan setelah melakukan penelitian dengan menggunakan gambar radar satelit. Awan berbentuk hexagonal atau segi enam itu memiliki lebar 32 dan 80 km, yang dapat membuat gelombang air laut naik setinggi 13 meter.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. Randy Cerveny dari University of Arizona. “Angin kencang itu terlihat seperti badai yang dengan mudah dapat menenggelamkan sebuah kapal. Microburst (angin kencang) kemudian menghantam lautan sehingga membentuk gelombang yang terkadang sangat besar,” jelas Randy.
Randy dan pakar meteorologi lainnya yang bernama Kevin Corriveau pun membandingkan awan heksagonal yang ada di Segitiga Bermuda dengan yang ditemukan di laut utara Eropa. Mereka mengatakan, awan heksagonal di Benua Biru itu melesat 160,9 km per jam dan menciptakan gelombang dengan tinggi lebih dari 45 kaki atau 13,7 meter.
Meski ada kesamaan, tetapi kata Kevin, dua wilayah tersebut tidak dapat disamakan pola cuacanya, karena geografisnya yang berbeda. Kevin mengatakan, garis lintang memainkan peran penting dalam melahirkan karakteristik awan dan cuaca di suatu daerah.
“Saya tidak bisa mengatakan bahwa apa yang kita lihat di Bahama (Segitiga Bermuda) adalah sama persis seperti yang ada di laut utara Eropa,” ucapnya.
Meski demikian, kini misteri Segitiga Bermuda perlahan-lahan mulai terungkap. Jelas sudah bahwa kecelakaan pesawat dan kapal yang melintasi area tersebut bukan ulah alien atau kejadian mistis lainnya. (tom)