Indonesia memang menyimpan berbagai keragaman. Mulai dari budaya, makanan, adat istiadat, orang-orangnya, dan masih banyak lagi keunikannya. Keunikan ini pula lah yang menjadi daya tarik bagi Indonesia.
Selain keunikan tersebut, perkampungan di Indonesia juga terkesan unik. Unik dari berbagai hal, seperti orang-orangnya, budaya dan tradisi yang masih dipegang teguh, juga kebiasaan. Seperti salah satu perkampungan di tengah hutan yang ada di Jawa Timur ini.
Tepatnya berada di Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, terdapat sebuah perkampungan di tengah hutan jati bernama Kampung Wadon (wanita). Sesuai dengan namanya, kampung ini dihuni oleh hampir seluruhnya oleh wanita.
Penghuni lelaki yang tadinya tinggal di kampung ini memilih untuk pergi meninggalkan Kampung Wadon. Mereka hidup damai dan tentram meski tanpa lelaki. Mereka melakukan berbagai pekerjaan, termasuk pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh lelaki. Mereka hidup sederhana dengan bercocok tanam. Hasil pertanian berupa padi, jagung, dan umbi-umbian. Meski hidup sederhana, para penduduk kampung ini mengaku damai hidup di Kampung Wadon.
Di Kampung Wadon ini ada seorang wanita bernama Kasinem yang sangat dihormati di kampung ini. Usianya kini sudah 86 tahun. Ia mengaku hidup sangat tentram di kampung ini. Kasinem memiliki dua orang anak, yaitu Gani yang berusia 50 tahun dan Sukiyem yang berusia 35 tahun. Malangnya, Sukiyem kini menderita lumpuh.
Dilansir dari Catatankecilkunet, Jumat (29/1/2016), Kasinem mendapat pesan dari leluhur supaya menjaga terus tradisi yang ada di Kampung Wadon ini. Salah satu tradisi yang masih dijunjung tinggi adalah bahwa di Kampung Wadon tidak diperbolehkan lelaki yang sudah menikah tinggal di sini. Jika ada lelaki yang sudah menikah tinggal di sini, maka ia akan sengsara seumur hidupnya. Dan warga kampung masih sangat mempercayai mitos ini. Begitu pula dengan Gani, anak Kasinem, yang setelah menikahi gadis Kampung Wadon, ia lalu pergi meninggalkan kampung tersebut.
Meski tradisi masih dijaga, namun sayangnya Kampung Wadon ini semakin menuju kepunahan. Pasalnya, tak hanya lelaki yang pergi, beberapa wanita penghuni Kampung Wadon sedikit demi sedikit juga meninggalkan kampung yang damai ini. (tom)