Smartphone memiliki segudang kepintaran yang dimilikinya. Akibat dari kepintarannya tersebut, smartphone lebih rakus memakan daya baterai sehingga gampang habis meskipun belum lama diisi ulang.
Seorang ilmuwan Ukraina bernama Vladislav Kiselev mengklaim telah mengembangkan jenis baterai untuk smarthpone yang dapat bertahan hingga 12 tahun tanpa di-charger. Bahkan baterai ini bukan hanya untuk smartphone, tapi mobil pun dapat menggunakan baterai tersebut.
Dilansir dari Odditycentral, Kamis (15/12/2016), Kiselev merupakan seorang peneliti senior di Institute of Bioorganic Chemistry and Petrochemistry di wilayah Kiev dan seorang profesor di National Academy Sciences Ukraina. Berawal dari sebuah kompetisi internasional bergengsi untuk proyek-proyek penelitian di Sikrosky Challenge 2016, dari situlah ia berhasil menciptakan baterai menarik ini.
Baterai itu memiliki bentuk seperti kotak korek api. Untuk membuktikan kemampuan baterai itu, Kiselev telah membiarkan perangkatnya tersbeut menyala selama 4 bulan tanpa harus mengisi kembali dayanya, dan ia akan terus melakukannya selama 11 tahun ke depan. Ia mengaku baterai tersebut akan kuat hingga 12 tahun karena sifat baterai yang dapat menghasilkan energi bukan hanya bisa menyimpan energi saja.
Selama ini di dunia produsen baterai belum ada yang mampu membuat sebuah teknologi yang berhasil diciptakan oleh Kiselev. Ia mengatakan bahwa ia dapat melakukan hal tersebut dengan mengambil perangkat yang paling penting dari tritium yang dapat memancarkan elektron.
Dia menambahkan bahwa perusahaan asal Amerika, City Labs juga menggunakan isotop radioaktif hidrogen, tetapi mereka menggunakan sel surya tritium tertutup.
Kiselev memilih untuk sel elektrokimia yang disempurnakan, yang membuat baterai 1.000 kali lebih kuat. Jadi baterai City Labs NanoTritium hanya dapat memberikan daya rendah untuk perangkat seperti implan medis dan berbagai sensor, sementara Kiselev membuat baterai yang mampu digunakan untuk daya perangkat elektronik besar dan bahkan mobil.
Ilmuwan tersebut menambahkan bahwa sel elektrokimia yang mirip dengan yang ia gunakan dalam baterainya telah digunakan di Ukraina sejak 1930-an, tapi tidak ada yang pernah bisa menggunakannya untuk pembangkit energi. Dia dan timnya mampu memperbaiki desain untuk mencapai hingga seperti ini.
Yang cukup menarik, Kiselev mengatakan bahwa setelah gagal untuk mengajukan dana untuk penelitian dalam proyek tersebut, ia dan rekan-rekannya akhirnya menggunakan dana sendiri.
Setelah menyajikan hasil kerja mereka di Sikorsky Challenge, Kiselev mengatakan bahwa ia sedang dalam pembicaraan dengan kedua pengusaha Turki dan China untuk memproduksi versi baterai tritium buatannya yang bisa digunakan di smartphone. (tom)