Karang Taruna Sukabumi Ciptakan Kompor Berbahan Bakar Alternatif

Hutomo Dwi

Berawal dari keprihatinan sulitnya warga untuk mendapatkan gas elpiji bersubsidi, para pemuda Citamiang, Sukabumi, Jawa Barat yang tergabung dalam Para Karang Taruna Tunas Harapan tergerak untuk membuat terobosan.

Mereka pun membuat kompor berbahan bakar methanol atau spirtus yang disingkat menjadi bahenol. Dalam produksi pembuatan kompor bahenol ini, melibatkan sejumlah pemuda dan mantan perajin kompor minyak tanah.

Kompor Bahenol (Sukabumiekspres)

”Ide awalnya dari keprihatinan kami sebagai pemuda, saat keluarga kami mengalami kesulitan mendapatkan gas elpiji subsidi beberapa waktu lalu dan kalau ada harganya mahal,” ungkap Wakil Ketua Karang Taruna Tunas Harapan, Deri Hendrayana, seperti dikutip dari Kompascom, Rabu (15/2/2017).

Setelah dimusyawarahkan, lanjut dia, akhirnya tercetuslah pembuatan kompor berbahan bakar methanol atau spirtus. Dalam pembuatan kompor bahenol ini pun melibatkan tenaga ahli yang sebelumnya sebagai perajin pembuatan kompor minyak tanah.

”Kebetulan di kelurahan kami ada mantan perajin kompor minyak tanah yang gulung tikar, Alhamdulillah ide kami disambut, dan terus diadakan pelatihan untuk beberapa pemuda dan akhirnya kami patungan untuk memproduksinya,” ujar dia.

Deri menuturkan, kompor bahenol ini sangat aman dan memberikan keuntungan bagi warga yang menggunakannya. Sebab setiap satu liter spirtus bisa digunakan untuk memasak selama 8 jam non stop. Satu liter spirtus harganya cukup murah, yaitu sekitar Rp 8 ribu.

”Kompor bahenol ini tentunya irit dan aman digunakan, harganya juga terjangkau Rp 125 ribu per unit. Juga ada pengaturan api dengan manual, jadi kompor ini bisa dijadikan alternatif bagi keluarga,” tutur Deri.

”Kompor masih diproduksi terbatas, namun kami optimis usaha kami ini bisa menyerap tenaga kerja dan menekan angka pengangguran,” harapnya.

Salah seorang mantan perajin kompor minyak tanah, Omay (52) mengaku mengapresiasi keinginan para pemuda di wilayahnya dalam pembuatan kompor spirtus atau bahenol. Sebab kompor spirtus ini dapat membantu masyarakat sebagai alternatif bila epiji subsidi langka.

Kompor Bahenol (Kompas)

”Tentunya saya senang sekali bisa menularkan keahlian saya dalam pembuatan kompor ini kepada para pemuda. Sebelumnya memang saya pernah membuat kompor spirtus ini tapi kecil, saat itu untuk memasak saat mancing,” aku Omay yang usahanya gulung tikar 10 tahun lalu.

Menurut Ketua Pemuda Karang Taruna Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi Engkus Kuswara, warga yang membeli kompor bahenol ini akan diberikan kemudahan. “Warga tidak perlu susah-susah mengganti sumbu. Kompor ini sangat ramah lingkungan. Warga tidak perlu susah-susah mencuci peralatan rumah masak karena tidak mengotori alat masak,” katanya.

Kompor bahenol kini mulai diminati warga, terutama warga yang jauh dari perkotaan. Alasan mereka membeli kompor bahenol, salah satunya karena selalu dibayangi kelangkaan gas elpiji. “Sebagian besar warga yang memesan kompor bahenol berasal dari perkampungan yang berada jauh dari kota kecamatan. Mereka berharap membeli kompor ini, tidak cemas terjadi kelangkaan serupa pada gas elpiji,” katanya.

Untuk memenuhi permintaan kompor bahenol yang terus meningkat, mereka akan membentuk kelompok usaha bersama (Kube). “Setiap anggota memiliki tugas masing-masing. Tidak semua mampu membuat kompor bahenol ini, tapi juga meliputi pemasarannya,” tutupnya. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.