Hotel Indonesia menjadi salah satu hotel kebanggaan masyarakat Indonesia. Hotel yang diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia Sukarno pada 5 Agustus 1962 itu telah menjadi landmark bersejarah yang seolah ikut menyambut semua orang yang datang ke Jakarta. Pasalnya, hotel bintang lima itu terletak di jantung ibu kota dan di depannya berdiri patung Selamat Datang karya Henk Ngantung dan Edhi Sunarso.
â??Dalam pidato pelantikannya, Presiden Sukarno menyatakan bahwa Hotel Indonesia membuka pintunya secara luas untuk pariwisata dan pintu itu menunjukkan wajah Indonesia. Jelas bahwa sejak awal, Hotel Indonesia diposisikan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia,â? kata Director of Public Relation Hotel Indonesia Kempinski Rebecca Leppard, seperti dikutip dari Goodnewsfromindonesiacom, Kamis (16/2/2017).
Sukarno sebagai sang penggagas tak ingin pembangunan Hotel Indonesia berjalan setengah-setengah. Dia menugaskan arsitek asal Amerika Serikat Abel Sorensen dan istrinya Wendy untuk merancang sebuah hotel dengan luas bangunan 25.085 meter persegi. â??Tujuan menunjuk Sorensen agar hotel tersebut menampilkan Indonesia yang modern,â? kata Rebecca.
Sorensen berhasil menciptakan Hotel Indonesia sebagai hotel modern dan hotel efisien. Hotel tersebut menunjukkan unsur-unsur arsitektur lokal (Sumatera Barat) yang dicampur dalam nuansa modern arsitektur Indonesia. Lantai 15 Ramayana Wing dan lantai 8 Ganesha Wing adalah bagian pertama dari hotel yang dibangun.
Selain modern, Hotel Indonesia ini merupakan hotel pertama di Indonesia yang berstandar internasional. â??Hotel ini (Hotel Indonesia) adalah hotel pertama di Indonesia yang dibangun dengan standar internasional,â? imbuhnya.
Acara penting yang menggunakan Hotel Indonesia adalah Asian Games ke-IV yang berlangsung pada tahun 1962. Selain itu berdasarkan catatan sejarah, pada tahun-tahun awal hotel didirikan, Presiden Sukarno pernah menggelar makan malam untuk menjamu Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja yang mengunjungi Indonesia di akhir tahun 1962. Selain itu, pada Februari 1964, Sukarno juga menggelar makan malam bersama Presiden Filipina Diosdado Macapagal. Kini tak terhitung kepala negara dan pejabat internasional yang pernah tinggal dan menikmati makan malam kenegaraan di Hotel Indonesia.
Selama masa jayanya, Hotel Indonesia menjadi pusat berbagai kegiatan budaya, mulai dari acara musikal dan pertunjukan teater secara rutin dipentaskan di hotel. Acara kebudayaan yang rutin digelar telah melambungkan beberapa seniman ternama Indonesia. Di antaranya adalah Teguh Karya yang dulu merupakan manajer panggung Hotel Indonesia, Slamet Rahardjo dan Rima Melati.
Catatan lain yang menarik adalah bahwa Hotel Indonesia menjadi titik acuan untuk gaya hidup perkotaan. Orang kaya yang sukses dan pejabat pemerintah, sering mengatur pertemuan di hotel. Nah, dengan warisan sejarah seperti itu, Hotel Indonesia akhirnya dinobatkan sebagai situs warisan budaya dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 tanggal 29 Maret 1993. Keputusan itu memerintahkan agar bangunan dan seluruh aset sejarah harus dijaga dan dipelihara dengan baik. (tom)