Kehebatan Sudirman dalam dunia militer Indonesia tak perlu dipertanyakan lagi. Tanpa kehadirannya, belum tentu militer kita yang tertinggal dari segi sarana dan prasarana bisa gempur balik pasukan Belanda pada Agresi Militer yang dilakukan tahun 1945-1949. Tentunya, perjuangan Sudirman tak mudah, karena pada masakecil atau mudanya, Sudirman sempat mengalami masa-masa sulit. Berikut ini sejarahnya seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.
1. Anak masjid
Sudirman belajar agama dari Kyai Haji Qahar sejak kecil. Ajaran guru rohaninya itu bikin Sudirman tak pernah bolos beribadah di masjid dan rajin mengaji. Saking taat agamanya, beliau juga dipercaya mengumandangkan azan dan ikamah di masjid.
2. Sempat jadi korban bully
Meski punya guru rohani, Sudirman tetep bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS), alias sekolah pribumi yang sekarang setara SD. Karena lahir dari keluarga sederhana dan diadopsi camat, Sudriman sering diejek teman-teman sekolahnya yang mayoritas adalah keturunan ningrat, pengusaha tajir, atau punya koneksi dengan antek Belanda.
3. Pindah sekolah
Selain sering di-bully, Sudirman juga mengalami cobaan berat lain bagi remaja seusianya, yaitu sering pindah sekolah. Karena teman-temannya sering berlaku nakal pada Sudirman, Sudirman pun dipindah ke Taman Siswa. Belum selesai belajar, Sudirman dipindah lagi ke Sekolah Menengah Wirotomo karena Taman Siswa ditutup paksa Belanda.
4. Belajar dengan sistem akselerasi
Di Sekolah Menengah Wirotomo inilah kepribadian Sudirman benar-benar tercetak. Cara berpikir gurunya yang kebanyakan nasionalis perjuangan juga melekat di otak Soedirman. Guru-gurunya juga mengakui keenceran otak calon jenderal itu. Ketika temen sekelasnya masih belajar tingkat satu, Sudirman justru sudah paham pelajaran tingkat dua. Bahkan, Sudirman juga mendapat semacam beasiswa dari sekolahnya. Ketika ayah angkatnya, Cokrosunaryo wafat pada 1934 dan orang tua Sudirman jatuh miskin, sekolah masih mengizinkannya lanjut belajar tanpa bayaran.
5. Diajar langsung oleh Raden Muhammad Kholil
Pelajaran favorit Sudirman menurut guru-gurunya adalah matematika, ilmu alam, Bahasa Belanda, dan Bahasa Indonesia. Selain giat belajar â??Ilmu Baratâ?? seperti itu, Sudirman juga masih taat belajar agama. Saat itu Sudirman berada di bawah ajaran Ustad Raden Muhammad Kholil.
6. Dijuluki Haji
Karena prestasi akademik dan agamanya menonjol, teman-teman kelas Sudirman memanggilnya dengan nama â??Haji.â?? Sudirman juga sering memberi ceramah ke teman-temannya. Di sekolah itulah Sudirman merasa seperti berada di rumahnya sendiri.
7. Aktif berorganisasi
Buku “Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman” menuliskan bahwa Sudirman muda aktif di Perkumpulan Siswa (semacam OSIS) Wirotomo, klub drama, kelompok musik, dan jadi pemain belakang di sepak bola sekolah. Selain itu, Sudirman juga lah yang membantu pendirian organisasi Pramuka Muhammadiyah yang bernama Hizbul Wathan (HW) cabang Cilacap. Setelah lulus dari Wirotomo, Sudirman langsung diangkat jadi ketua HW Cilacap.
8. Pernah jadi guru
Pekerjaan pertama Soedirman sebelum terlibat urusan militer adalah guru. Sudirman belajar keguruan di Kweekschool sekitar 1935 yang dikelola Muhammadiyah Solo, tapi cuma bertahan setahun karena tak punya biaya. Sudirman pun kembali ke Cilacap dan meminta tolong guru-gurunya di Wirotomo untuk mengajarkan teknik menjadi guru yang baik. Pada 1936 barulah Sudirman diangkat jadi guru SD Muhammadiyah Cilacap. Ketika itu usianya masih 19-20 tahun.
Selama menjadi guru, Sudirman dikenal sering mengandalkan dialog dan bertutur tentang kehidupan para nabi dan kisah wayang untuk mengajar soal moral. Sifatnya yang juga adil dan sabar membuatnya populer di kalangan murid.
Kerjanya yang bagus dan sifatnya yang tekun jelas membawa Sudirman hingga terpilih sebagai kepala sekolah meski tanpa memegang ijazah keguruan. Ketika Sudirman jadi pemimpin sekolah, usianya bahkan masih belum 30 tahun. (tom)