Today

Era Baru Editing: Firefly Hadirkan Kontrol AI yang Lebih Detail

Jowant

Foto: Adobe

Kamu pasti tahu, banyak AI image atau video generator itu sifatnya suka ngawur. Kamu mau bikin sesuatu yang spesifik, hasilnya malah ngelantur dan kamu harus kerja ekstra buat nyetelin ulang biar sesuai bayangan. Nah, beberapa waktu terakhir aku ngikutin langkah Adobe, dan jujur aja, 2025 ini mereka makin serius bikin Firefly jadi tempat yang lebih presisi buat ngolah visual berbasis AI.

Berdasarkan sumber yang aku baca di cnet.com, Adobe merilis serangkaian AI video editing tools yang fokus sama satu hal: ngasih kamu kontrol yang lebih rapi, lebih detail, tanpa harus pindah-pindah aplikasi. Ini menarik karena selama bertahun-tahun, Adobe selalu punya posisi kuat di dunia kreatif digital. Kali ini, mereka mau Firefly berdiri sebagai partner kreator AI dengan gaya pendekatan yang mirip Photoshop untuk para fotografer.

Firefly Bertransformasi Jadi Hub AI yang Serius

Selama 2025, Adobe diam-diam merapikan posisinya sebagai salah satu tempat terbaik buat pakai generative AI tools. Harga langganan Firefly mulai dari 10 dolar per bulan, dan menurutku ini cukup ramah buat kreator yang pengen akses ke model top kayak Google, OpenAI, Luma, Runway, sampai AI terbaru dari Topaz Labs Astra dan Flux 2.1 dari Black Forest Labs. Semuanya ada di satu tempat, nggak ribet, tinggal pilih model mana yang paling cocok.

BACA JUGA:  Kenapa Kadang Kamu Harus ‘Galak’ Saat Gunakan ChatGPT

Steve Newcomb, VP Product Firefly, bilang dalam sebuah wawancara eksklusif kalau mereka pengen Firefly jadi “rumah” buat para kreator AI. Kayak kata dia, “Kalau kamu seorang fotografer, Photoshop punya semua yang kamu butuhkan. Semua tool, semua plugin, dalam satu tempat dengan satu subscription. Kamu nggak perlu langganan 25 aplikasi foto berbeda. Begitu juga Firefly, kami ingin menjadi rumah itu.”

Dan di sini aku ngerasa mereka cukup ambisius. Adobe paham kalau dunia kreatif makin bergerak cepat. Kreator butuh tempat yang nggak cuma bisa bikin visual, tapi juga ngedit, revisi, dan fine-tune langsung tanpa ribet.

Tantangan Besar: Halusinasi AI

Kalau kamu pernah mainan AI image generator, kamu pasti pernah nemu halusinasi visual. Objek tiba-tiba hilang dan muncul lagi. Tangan manusia jumlahnya salah. Atau blur yang muncul di area yang sebenarnya nggak kamu minta.
Halusinasi kayak gini bikin AI susah dipakai buat kerja profesional. Bahkan aku sendiri sering frustrasi kalau hasil AI nggak bisa diselamatkan lewat editing standar yang biasanya terbatas.

BACA JUGA:  Caira, Kamera Canggih dengan AI Nano Banana yang Bisa Edit Foto Sendiri

Newcomb sadar banget masalah ini. Makanya mereka nambahin cara baru buat ngedit konten AI melalui prompt-based editing. Jadi kamu bisa ngomong ke AI untuk merapikan detail tertentu, mirip cara kamu ngobrol sama chatbot.

Prompt Editing di Video: Lebih Natural Buat Kreator Muda

Kalau kamu pernah ngedit foto di Firefly pakai prompt, pengalaman ngedit videonya bakal terasa familiar. Dan kalau belum pernah? Pada dasarnya kamu tinggal bilang ke AI apa yang mau diubah, dan Firefly akan coba menerjemahkannya jadi perubahan visual di video.

Satu hal yang menurutku menarik: kamu bisa mix and match model. Misalnya generate video pakai Firefly, lalu edit pakai Runway Aleph. Buat kreator yang butuh fleksibilitas, fitur ini lumayan game-changer.

Tentu aja, akurasinya nggak selalu sempurna. Tapi menurutku ini langkah penting karena kamu bisa tetap di Firefly tanpa harus lompat ke Premiere Pro kalau cuma mau revisi hal-hal kecil.

Menuju Editing AI yang Lebih Presisi

Yang lebih seru, Adobe nggak berhenti di prompt-based editing. Mereka lagi nyiapin teknologi yang memungkinkan editing tingkat presisi lebih tinggi. Kuncinya ada di layer-based editing—teknologi yang memungkinkan perubahan detail di konten AI secara lebih rapi, berlapis, dan bisa dikontrol kreatornya.

BACA JUGA:  Nano Banana Lagi Viral, Begini Cara Bikin Foto Anak Jadi Keren dengan Google Gemini

Ini menarik karena selama ini masalah terbesar AI adalah hasilnya yang flat dan susah disentuh ulang. Kalau layer-based editing ini matang, kreator bakal bisa retouch elemen kecil dengan sensasi yang mirip ngedit foto atau video manual.

Penutup

Adobe Firefly jelas lagi berusaha mengubah cara kita memandang Adobe Firefly sebagai alat kreatif di era AI. Kalau mereka berhasil bikin editing AI jadi lebih presisi dan natural, bukan nggak mungkin Firefly bakal jadi rumah baru buat kreator visual.

Kalau menurut kamu artikel ini menarik atau bermanfaat, jangan lupa share ke temanmu yang lagi ngulik AI juga.

Share:

Related News